TEMPO.CO, Bekasi - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono yakin program penerapan teknologi pengolahan limbah plastik menjadi aspal bakal mengurangi sampah plastik di laut secara signifikan. Hal ini tak lepas dari hitung-hitungan besar kebutuhan kantong kresek untuk membuat jalan dengan spesifikasi standar.
Basuki menjelaskan, saat ini Indonesia memiliki 46 ribu kilometer jalan. Sedangkan komposisi aspal campur plastik ini membutuhkan tiga ton kantong kresek untuk setiap satu kilometer jalan dengan spesifikasi standar. Artinya dibutuhkan sekitar 138 ribu ton kantong kresek untuk melapisi jalan dengan aspal dari plastik tersebut. "Bayangkan berapa banyak coba," ujarnya di Jalan Sultan Agung, Bekasi, Sabtu, 16 September 2017.
Baca: Pemerintah Memulai Pembangunan Jalan Berbahan Plastik di Bali
Penelitian mengenai pemanfaatan limbah plastik untuk bahan campuran aspal sudah dimulai sejak 2008 dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Atas inisiasi dari Kementerian Koordinator Kemaritiman, penelitian pun dilanjutkan kembali pada awal 2017. Referensi penelitian serupa sudah dilakukan di India, berdasarkan hasil kajian di laboratorium pada 2017.
Menurut penelitian itu, campuran beraspal panas dengan bahan tambah limbah plastik menunjukkan peningkatan nilai stabilitas Marshall sebesar 40 persen dan lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah pada kadar limbah plastik tertentu dibandingkan dengan campuran beraspal panas standar.
Teknologi ini diuji coba pertama kali di jalan lingkungan Universitas Udayana, Bali, sepanjang kurang-lebih 700 meter pada 18 hingga 29 Juli lalu. Setelah Bali, Bekasi adalah lokasi kedua penerapan aspal campuran dari limbah plastik. Penerapan serupa akan digelar di Jakarta, Surabaya, dan Makassar.
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan berujar pada awalnya gagasannya itu dinilai bermain-main lantaran membicarakan kantong kresek sebagai campuran aspal. Padahal, menurut dia, apabila gagasan itu dijalankan dampaknya akan luar biasa, baik dari segi ekonomi, kesehatan, kebersihan, pariwisata, dan masa depan.
Selama ini kantong kresek di laut kerap dimakan ikan, dan kemudian termakan oleh masyarakat, khususnya ibu-ibu yang mengandung, dan berdampak tidak baik. Apalagi, selama ini kantong kresek tidak pernah dilirik lantaran nilai ekonominya yang minim. Pebisnis plastik biasanya lebih memilih botol plastik yang lebih bernilai.
CAESAR AKBAR