TEMPO.CO, Jakarta - Circledoo, sebuah platform online yang dibuat untuk memfasilitasi setiap orang membuat lingkaran berbagi, resmi diluncurkan Jumat, 8 September 2017. Platform ini memungkinkan penggunanya membuat lingkaran-lingkaran untuk menawarkan jasa pelatihan keterampilan atau sekadar membuat sesi berbagi ilmu.
“Niatan kami adalah supaya pendidikan informal dapat tersebar luas, sehingga masyarakat dapat belajar keterampilan dengan biaya yang murah,” ujar Founder Circledoo, Marwoto Soebiakno, di Jakarta, Jumat 8 September 2017.
Berbekal investasi awal sebesar US$ 200 ribu yang terkumpul dari beberapa investor, Marwoto berniat membuat pertukaran keahlian dan keterampilan dapat dilakukan secara informal dan lebih inklusif melalui kelompok-kelompok kecil.
Baca: Bisnis Startup di Indonesia
Namun, dia mengatakan sesi berbagi itu berbeda dengan platform lainnya, lantaran sesi yang diselenggarakan tidak dilakukan dalam bentuk daring, melainkan melalui agenda tatap muka. Bahkan, kata dia, kalau bisa sesi sharing itu dapat dilakukan sambil kongkow santai. Jadi dia ingin mengombinasikan kemudahan mengumpulkan peserta melalui jaringan internet dan keefektifan belajar dua arah melalui kegiatan tatap muka.
Gagasan ini dia dapat setelah melihat masih banyaknya penduduk Indonesia yang belum mencicipi bangku pendidikan tinggi dan sulit mengakses pendidikan keterampilan lantaran biayanya yang mahal.”Jadi bagaimana yang enggak berkuliah tetap bisa memiliki keterampilan,” ujarnya.
Pengguna yang terdaftar di platform itu bisa memilih perannya sebagai pembuat kegiatan maupun peserta kegiatan. Untuk membuat kegiatan, pemilik akun bisa langsung membuka kelas mengajar dengan topik apapun, mulai dari keterampilan bahasa asing, kelas musik, atau topik lainnya. Pemilik kelas juga bisa menentukan tarif, tempat, waktu pertemuannya.
Calon peserta yang tertarik bisa langsung mendaftar dan membayar kegiatan tersebut melalui online payment yang bakal disalurkan kepada pihak Circledoo. Pembuat kelas akan mendapatkan bayarannya setelah kegiatan rampung dan mendapatkan rating dari peserta kelas.
“Sejauh ini tarifnya masih terbuka, tapi tetap kami pantau melalui petugas,” kata dia. Marwoto berniat mengkaji besaran tarif itu untuk mendapatkan patokan biaya yang pas. Dia menargetkan batasan harga itu rampung dikaji pada pertengahan tahun 2018. “Kalau saya inginnya sekitar Rp 100 ribuan per acara per orang,” kata dia.
Marwoto mengaku bisnis rintisannya itu tidak mengambil persentase bagi hasil yang besar dengan para pembuat kelas itu. “Sekarang belum ambil untung. Tapi kami tentu ingin ada revenue,”kata dia. Sasaran dia saat ini adalah menyediakan kelas-kelas informal itu terlebih dahulu. Dia menargetkan sebanyak 50 ribu hingga 100 ribu pengguna pada tahun depan.
Sejak soft launching pada 18 Agustus 2017, 22 kegiatan berhasil dihelat melalui platform itu. Peserta yang mengikuti kegiatan itu, kata Marwoto, total berkisar 150 hingga 200 peserta. “Masih berskala Jakarta, tapi yang datang ada dari Bandung dan Jogja,” kata dia.
Tech In Asia, salah satu media teknologi, menempatkan Circledoo di urutan ke-2 dari daftar 17 bisnis rintisan yang menjanjikan se-Asia. Sampai saat ini, masyarakat baru bisa menikmati platform ini melalui website, lantaran versi aplikasi ponsel baru diluncurkan bulan Desember.
CAESAR AKBAR