TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha retail di Bali menyayangkan sikap Bank Indonesia (BI) yang mengimbau masyarakat untuk menghindari gesek ganda kartu debit atau kredit (double swipe) karena berisiko mengurangi produktivitas layanan.
Ketua Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Bali, I Gusti Ketut Sumardayasa, menyebut keputusan BI ini berbanding terbalik dengan kampanye peningkatan elektronifikasi pada transaksi. Menurutnya, pada saat ini kehidupan manusia harus serba efektif dan efisien, sehingga dengan imbauan waspada gesek ganda kartu akan mempengaruhi produktivitas, baik konsumen maupun layanan.
Gusti mengatakan pihaknya tetap menyetujui adanya perlindungan untuk konsumen. Namun diharapkan BI juga harus memikirkan kualitas layanan setiap toko retail. Pihaknya khawatir dengan alternatif input manual angka kartu sebanyak 16 digit akan memakan waktu yang lebih banyak sehingga akan berdampak pada kecepatan transaksi
Baca: Kenapa Peretail Gesek Ganda Kartu Saat Transaksi di Kasir?
“Mungkin BI terlalu reaktif padahal di satu sisi mendorong transaksi non tunai dan kita menginginkan kecepatan layanan sehingga terpaksa sekarang ketik manual,” ujarnya, Jumat, 8 September 2017.
Menurutnya, selama ini tidak pernah ada masalah dari gesek ganda ini sebab setiap toko yang telah dilengkapi prosedur. Dalam melakukan transaksi, setiap kasir toko akan melakukan pengecekan berupa kesesuaian tanda tangan pemilik kartu. Jika ditemukan ketidakcocokan, maka kasir akan meminta tanda pengenal dan mencocokkan informasi dengan kartu gesek.
Saat ini, ada beberapa Bank yang bahkan akan mengeluarkan aplikasi untuk sekali gesek di mesin electronic data captures (edc) yang terkoneksi dengan register merchant. Dia berharap, aplikasi-aplikasi ini semakin diperbanyak sehingga dapat menjadi solusi permasalahan pelarangan gesek ganda kartu.
“Kami berharap ada solusi atau suatu aplikasi yang memungkinkan gesek sekali dan langsung terkoneksi dengan register untuk sinkronisasi transaksi yang dilakukan dengan register merchants," tutur Gusti.