TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, 6 September 2017 menguat tipis sebesar satu poin menjadi Rp 13.330 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.331 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa pergerakan rupiah bergerak mendatar dengan kecenderungan menguat meski terbatas. Pelaku pasar dinilai masih menahan diri seraya mencermati perkembangan dari imbas uji coba rudal balistik Korea Utara. "Permintaan terhadap sejumlah mata uang non safe haven, termasuk rupiah relatif masih stabil meski dibayangi sentimen Korea," katanya.
Ia menambahkan bahwa fluktuasi rupiah turut terbantu dengan adanya penyelenggaraan International Conference dan Call for Paper (ICCAP) 2017 yang dinilai mampu memperkuat jaringan antara pemerintah, akademisi dan pelaku bisnis khususnya di sektor perdagangan.
Ia mengatakan bahwa agenda ICCAP itu diharapkan dapat membuat barang-barang yang dihasilkan dari Indonesia diterima oleh global, yang pada akhirnya dapat memperkuat nilai tukar rupiah. "Diharapkan sentimen itu dapat menjaga laju rupiah untuk tetap bertahan dalam tren positifnya," katanya.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menambahkan bahwa harga minyak mentah pagi ini yang bergerak menguat menjaga arah pergerakan mata uang domestik. Harga untuk jenis WTI menjadi US$ 48,6 per barel, dan harga jenis Brent menjadi US$ 53,17 per barel.
Di sisi lain, lanjut dia, penguatan nilai tukar rupiah hari ini juga terbantu oleh apresiasi mayoritas mata uang di kawasan Asia. Nilai tukar rupiah diproyeksikan bergerak di kisaran antara Rp 13.325-Rp 13.335 per dolar AS.
ANTARA