TEMPO.CO, Jakarta - Kendati naik dari realisasi tahun lalu, produksi garam nasional tahun ini diprediksi tetap tak bisa mengejar kebutuhan konsumsi. Kekurangan diperkirakan mencapai 525.442 ton.
Berdasarkan perkiraan PT Garam, volume produksi garam nasional 2017 sebanyak 1,3 juta ton, terdiri atas produksi PT Garam 300 ribu ton dan panen garam rakyat 1 juta ton. Pada saat yang sama, kebutuhan garam konsumsi rumah tangga, industri aneka pangan, dan industri pengasinan ikan mencapai 1,82 juta ton.
Shortage itu telah memperhitungkan susut dalam pemrosesan garam nasional sebanyak 230 ribu ton dan rencana impor 226 ribu ton.
"Ini menjadi perhatian kami bagaimana pada saat paceklik awal 2018, tidak ada panen, moga-moga tidak terjadi (impor) atau berkurang impornya," kata Direktur Utama PT Garam (Persero) Dolly Pulungan saat rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR, Selasa, 5 September 2017.
Mantan Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI itu menjelaskan, produksi garam domestik tahun ini belum dapat menyamai 2015—saat Indonesia surplus garam konsumsi—karena saat ini masih pemulihan. Tak hanya akibat faktor La Nina, lahan tambak garam terganggu sedimentasi sehingga produktivitas tahun lalu sangat rendah.
Di sisi lain, permintaan garam konsumsi tahun ini naik 2 persen dari posisi tahun lalu 1,79 juta ton.
Dolly mengatakan beberapa program akan dilakukan PT Garam tahun ini untuk mencegah kelangkaan garam tahun depan. Program itu mencakup intensifikasi dan revitalisasi pegaraman di Madura, groundbreaking ekspansi pegaraman di Teluk Kupang 4.000 hektare, groundbreaking pabrik garam industri di Camplong, Sampang, Madura, dan penyerapan garam rakyat.
BISNIS.COM