TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan bahwa Indonesia juga memiliki preferensi perihal kecepatan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya. Pihak Jepang yang diwakili oleh JICA (Japan International Cooperation Agency) sempat menawarkan kecepatan 120 kilometer per jam.
Baca juga: RI-Jepang Komitmen Percepat Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya
Namun, kata Budi, Indonesia menolak hal tersebut. Menurutnya, kecepatan 120 kilometer per jam terlalu tanggung sehingga perlu ditambah lagi.
Kepada awak media, ia menyampaikan bahwa kereta cepat Jakarta-Surabaya sebaiknya bisa melesat minimal 160 kilometer per jam. "Kami syaratkan memang di atas 160 kilometer per jam, jadi medium high speed," ujar Budi seusai menemani delegasi pemerintah Jepang menemui Presiden Joko Widodo, Selasa, 5 September 2017.
Selain itu, Budi mengatakan bahwa kecepatan 160 kilometer per jam lebih mampu mengakomodir jumlah keberangkatan dan penumpang per hari yang lebih banyak. Setidaknya, menurut perhitungan dia, bisa dua kali lipat lebih banyak.
"Satu hari bisa dua kali lipat kapasitasnya karena Jakarta-Surabaya kan lima jam dengan itu (kereta 160 kilometer per jam)," ujar Budi.
Terakhir, Budi menyatakan bahwa Jepang dan Indonesia tengah mempertimbangkan apakah kecepatan 160 kilometer per jam itu akan dicapai lewat tenaga diesel atau listrik. Studi pun dilakukan, dengan melibatkan BPPT (Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi) dan JICA, untuk memastikan metode mana yang tepat.
"Teknologi diesel masih mampu 160 kilometer per jam. Tapi, kalau pakai elektrik, bisa sekalian membangkitkan industri dalam negeri," ujar Budi. BPPT pun, kata Budi, lebih mendukung penggunaan elektrifikasi untuk Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.
ISTMAN MP