TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Selasa pagi, 5 September 2017, bergerak naik 11 poin menjadi Rp 13.327 per dolar Amerika Serikat.
Menurut analis Monex Investindo Futures, Faisyal, dolar Amerika sedang berada di bawah tekanan setelah tingkat pengangguran di negara tersebut menunjukkan kenaikan menjadi 4,4 persen. Selain itu, penambahan jumlah pekerjaan di bawah estimasi.
"Para ekonom memperkirakan ada 180 ribu pekerja baru dan tingkat pengangguran di level 4,3 persen," kata Faisyal.
Data itu dapat menjadi indikasi bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) mungkin akan semakin ragu menaikkan suku bunga, sehingga pergerakan nilai tukar dolar Amerika terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah, tertahan.
Faisyal mengatakan dolar Amerika juga masih mendapat tekanan dari sentimen politik di Amerika Serikat, yang dinilai kurang kondusif dan dikhawatirkan bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, menambahkan, pergerakan rupiah masih terbatas. Pelaku pasar masih menjauhi sejumlah mata uang berisiko, termasuk rupiah, di tengah kondisi di Semenanjung Korea yang belum kondusif.
"Adanya percobaan kembali peluncuran rudal balistik Korea Utara membuat permintaan atas aset-aset safe haven masih tinggi," kata Reza.
Dari dalam negeri, dia melanjutkan, pengumuman deflasi tampaknya juga mulai menjadi "amunisi" untuk mengangkat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
ANTARA