TEMPO.CO, Jakarta -Freeport McMoran menegaskan tetap mengelola tambang Grasberg di Papua, sekalipun porsi sahamnya di PT Freeport Indonesia akan menciut hingga 49 persen. Perusahaan tengah membahas detil operasi jangka panjang bersama pemerintah pasca kontrak karya berakhir pada 2041.
"FCX (Freeport McMoran) akan tetap memegang kendali atas operasi dan tata kelola PT FI," ujar manajemen Freeport, dikutip dari siaran resminya pekan lalu.
Kepala Eksekutif Freeport Richard Adkerson mengatakan perusahaannya akan berfokus pada pertambangan bawah tanah tahun depan. Pasalnya, cadangan mineral di tambang terbuka Grasberg kian menipis. Pada awal 1980, tambang terbuka Grasberg rata-rata menghasilkan 800 ribu ton bijih sehari. Bahkan produksinya beberapa kali menyentuh satu juta ton bijih per hari. Sementara saat ini, produksi tambang terbuka hanya mencapai 100 ribu ton per hari.
Baca: Siapa Pemegang 51 Persen Saham Freeport, Ini Jawaban Jonan
Investasi tambang bawah tanah akan membutuhkan duit hingga US$ 20 miliar. Modal tambang bawah tanah akan dikucurkan sebesar US$ 750 juta pada tahun depan. Richard menjanjikan uang pengembangan ini akan ditopang pakar pertambangan dan profesional kelas dunia.
Baca Juga:
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Gatot Ariyono membenarkan Freeport akan tetap jadi operator tambang Grasberg. Pasalnya, pemerintah perlu mempelajari pengelolaan tambang tersebut secara bertahap. "Itu teknis-teknis masa bisa langsung plek begitu," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Gatot Ariyono di kantornya, Sabtu, 2 September 2017.
Bambang mengatakan saat ini perundingan pemerintah dengan Freeport Indonesia masih berkutat pada detail pelepasan saham. Dia juga belum bisa menyebutkan kapan divestasi dimulai.
ROBBY IRFANY | PUTRI ADITYOWATI