TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adinegara memperkirakan inflasi pada Agustus cenderung rendah meski terdapat momentum Idul Adha. Dia bahkan menyatakan ada potensi deflasi.
"Kami prediksi Agustus memang ada potensi deflasi. Tapi kami perkirakan ada inflasi tipis 0,04 persen," ujarnya saat dihubungi, Sabtu, 2 September 2017. Secara tahunan, inflasi diperkirakan sekitar 3 persen.
Simak: Menteri Darmin Prediksi Inflasi hingga Akhir 2017
Inflasi yang rendah dipicu harga pangan yang sudah mulai stabil. Di momen Idul Adha ini, harga daging terpantau masih terjaga. Begitu pula dengan bahan lainnya seperti beras dan gula.
Dari komponen administered price, Bhima mengatakan kini tak ada lagi penyesuaian. "Listrik dan LPG 3 kilogram sudah aman karena penyesuaiannya sudah di semester kemarin," kata dia.
Bhima menilai ada faktor pendorong inflasi musiman selama Agustus yaitu pengeluaran pendidikan. Meski tahun ajaran dimulai pada Juli, Bhima mengatakan pengeluaran secara musiman tetap ada.
Ada pula dorongan inflasi dari sisi transportasi akibat libur panjang, meski tidak terlalu besar. Bhima melihat masyarakat hanya bepergian ke daerah yang dekat dari tempat tinggalnya.
Ekonom Bank Pertama, Josua Pardede, memperkirakan inflasi Agustus sebesar 0,05 persen month to month atau 3,94 persen secara tahunan. Dia mengatakan inflasi dari volatile food masih terjaga dan administered price cenderung terkendali.
Josua menuturkan, indikasi volatile food terkendali adalah tren penurunan beberapa harga komoditas pangan seperti cabe merah, cabe merah keriting, dan bawang merah. "Meskipun terdapat beberapa harga komoditas yang cenderung naik seperti daging sapi, daging ayam, dan beras," ujarnya.
Sementara administered price yang biasa memperngaruhi inflasi, cenderung terkendali didorong oleh normalisasi tarif transportasi udara dan antar kota. Tarif transportasi telah mencapai puncaknya pada mudik lebaran.
VINDRY FLORENTIN