TEMPO.CO, Jakarta - PT Freeport Indonesia berencana mengakhiri tambang terbuka Grasberg, Papua. Perusahaan asal Amerika Serikat itu tak bisa mengandalkan tambang terbuka di Grasberg, Papua, karena cadangannya akan habis.
"Jadi tidak akan ada lagi sumber daya dalam operasi ini. Masa depan Freeport Indonesia ada di tambang bawah tanah," kata Kepala Eksekutif Freeport-McMoran Richard Adkerson di Jakarta, Selasa, 29 Agustus 2017.
Menurut Adkerson, pada awal masa penambangan, yakni dekade 1980-an, tambang terbuka Grasberg menghasilkan 800 ribu ton bijih mineral per hari. Bahkan beberapa kali produksinya mencapai 1 juta ton bijih per hari. Kini tambang terbuka hanya menghasilkan 100 ribu ton per hari. Produksi semakin menyusut karena Freeport memecat lebih dari 4.000 karyawannya dengan alasan mereka tidak mematuhi perjanjian kerja.
Baca: Perjalanan 50 Tahun Freeport Indonesia di Tambang
Freeport mengklaim cadangan di tambang bawah tanah mencapai miliaran ton. Dalam 1 ton bijih mineral, terdapat kandungan tembaga sekitar 1 persen dan emas 0,78 gram. Angka ini lebih besar dibanding produksi tambang Morenci di Amerika Utara, yang juga dikelola Freeport.
Pada tahun ini Freeport mengucurkan dana US$ 700 juta, sebagian besar untuk membangun tambang bawah tanah. Dana investasi akan naik menjadi US$ 750 juta tahun depan dan kembali berlipat pada tahun selanjutnya. Adkerson mengatakan tambang ini bakal beroperasi mulai 2022, setahun setelah kontrak karya perusahaan berakhir.
Baca: Kronologi Kontrak dan Eksploitasi Tambang Freeport di Indonesia
Adkerson pun sempat menyatakan kucuran modal tahun depan akan ditunda jika perundingan dengan pemerintah buntu. Namun, setelah jaminan kelangsungan operasi diberikan, investasi tambang bawah tanah bisa berjalan tahun depan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menyatakan bakal menerapkan kewajiban fiskal yang stabil untuk kepastian penanaman modal perusahaan asal Arizona, Amerika Serikat, itu. Salah satu syaratnya Freeport harus melepas 41,64 persen kepemilikannya kepada Indonesia. Saat ini kedua pihak tengah merundingkan detail penjualan saham yang nantinya dibeli induk usaha BUMN pertambangan dan perusahaan daerah. "Kami punya kepentingan yang sama besar," kata Jonan.
CAESAR AKBAR
Baca Juga: