TEMPO.CO, Jakarta - Konsultan Properti Savills Indonesia, melihat adanya pergeseran kebutuhan properti dalam dunia bisnis seiring dengan naiknya pasar ecommerce di Indonesia. “Ada implikasi (e-commerce) terhadap bisnis properti. Jadi kebutuhan toko berkurang, tapi gudang semestinya bertambah,” ujar Direktur Senior Savills Indonesia Lucy Rumantir di Kantor Savills Indonesia, Jakarta, Rabu, 30 Agustus 2017.
Maraknya e-commerce menurut dia tidak berarti membuat kebutuhan akan properti fisik menjadi berkurang, melainkan hanya beralih. Lucy menyebutkan dengan naik daunnya e-commerce, maka kebutuhan akan gudang, pusat distribusi dan kantor akan menggeser kebutuhan-kebutuhan akan toko yang sebelumnya diperlukan oleh bisnis ritel.
Sebelumnya, Lucy berujar, pebisnis ritel membutuhkan lahan toko untuk menyimpan dan memasarkan komoditas kepada para pelanggan. Namun, kini para pelanggan mulai beralih dari gaya berbelanja tradisional, yakni mengunjungi toko, menjadi berbelanja melalui toko digital. Dengan demikian, fungsi toko sebagai tempat pemasaran kini mulai tergantikan oleh gerai-gerai maya.
Namun, disamping itu, permintaan akan fasilitas logistik justru meningkat. Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia Anton Sitorus menyebutkan hal itu dipicu oleh meningkatnya e-commerce berjenis B2C (Business to Customer) seperti Lazada, Shopee, Zalora, Berrybenka, Bhinneka, dan lainnya yang memerlukan gudang untuk menyimpan barang dagangannya sebelum didistribusikan ke konsumen. “Kalau perusahaan C2C (Customer to Customer) seperti Tokopedia atau Bukalapak kan tidak perlu gudang. Mereka hanya menyediakan platform,” dia menuturkan.
Perkembangan bisnis gudang, kata dia, berkembang cukup pesat. “Lazada, misalnya, perkembangan fasilitas logistiknya sangat cepat,” kata dia.
Pada awalnya, perusahaan e-commerce asal Jerman itu hanya memiliki gudang seluas 2 ribu meter per segi pada 2012. Luas fasilitas itu meningkat pada 2013 menjadi 4 ribu meter per segi pada 2016, dan terus meningkat menjadi 12 ribu meter per segi pada 2015.
Saat ini, Savills mencatat total luas fasilitas gudang milik Lazada mencapai 40 ribu meter persegi, yang tersebar di Depok, Surabaya, dan Medan. Sementara urutan kedua adalah Blibli yang memiliki gudang dengan luas total 18 ribu meter per segi di tiga kota.
Anton menyebutkan dengan semakin bervariasinya barang yang beredar lewat gerai digital, maka gudang pun mengalami pergeseran model dari gudang tradisional, menjadi gudang modern dengan sejumlah fasilitas.yang disesuaikan dengan kebutuhan. “Misalnya kapasitas bebannya lebih tinggi, ukurannya lebih besar, dan adanya sejumlah fasilitas penunjang, seperti fasilitas penahan panas,” ujarnya.
Perkembangan bisnis gudang modern ini, ujarnya, baru berjalan lima tahun terakhir ini. Meski demikian, dia melanjutkan, pertumbuhannya cukup besar. “Saat ini mayoritas pemain lokal, tapi mulai ada pemain asing yang melihat potensi bisnis gudang di Indonesia,” dia menjelaskan. Beberapa contoh fasilitas gudang modern adalah Kamadjaya Logistic Park di Bekasi yang dipergunakan untuk penggunaan pribadi dan juga disewakan.
Pada kancah pemain asing, ada Logos Metrolink LogisticsHub yang akan menyajikan gudang tiga tumpuk. Gudang yang bakal berlokasi di bekasi itu direncanakan rampung 2019.
Ke depannya, Anton menyebut potensi dari bisnis pergudangan itu akan laris manis. Diprediksikan, gudang modern yang saat ini harga sewanya berkisar pada Rp 60 ribu hingga Rp 80 ribu per meter per segi per bulan itu akan melonjak menjadi sekitar Rp 94 ripu per meter per segi per bulan pada 2023.
CAESAR AKBAR