TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo pesimistis perubahan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate akan mempengaruhi pertumbuhan kredit tahun ini. Menurutnya, pertumbuhan kredit baru paling cepat akan terpengaruh tahun depan.
"Masih akan single digit seperti di tahun yang lalu. Namun, kami harapkan semester II 2017 bisa lebih baik dan bisa double digit di tahun 2018," ujar Agus usai menemui Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Senin, 28 Agustus 2017.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 Agustus lalu berujung pada putusan menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis point dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen. Hal itu membuat suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing 3,75 persen dan 5,25 persen.
Hal itu, salah satunya, untuk mendorong konsumsi dan pertumbuhan kredit di Indonesia yang masih di bawah target. Pada awalnya, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit dua digit yaitu 10-12 persen. Namun, belakangan, target direvisi menjadi 8-10 persen.
Agus menjelaskan, pertumbuhan kredit baru akan terjadi tahun depan karena belum semua industri perbankan merubah suku bunga mereka sesuai BI 7 Days Reverse Repo Rate. Ia berkata, perubahan yang terjadi cukup pelan dan ia prediksi baru akan sepenuhnya berubah setelah dua kuartal alias awal 2018.
Hal tersebut senada dengan ucapan Ketua Otoritas Jawa Keuangan Wimboh Santoso. Wimboh mengatakan bahwa belum semua menuruti perubahan suku bunga acuan karena hal tersebut membutuhkan proses.
Sebagai contoh, perubahan suku bunga dana atau deposito harus menyesuaikan dengan waktu jatuh tempo. Oleh karenanya, perubahan ke pertumbuhan kredit baru akan terasa tahun depan. "Kalau bisa lebih cepat ya lebih bagus. Kalau rata-rata deposito itu kan jatuh temponya 1-3 bulan, paling lama 6 bulan," ujarnya mengakhiri.
ISTMAN MP