TEMPO.CO, Lombok - Direktur Retail Banking Bank Mandiri Tardi mengatakan pihaknya berencana menurunkan suku bunga deposito. Hal itu dilakukan mengikuti Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga 7-day Repo Rate dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen.
“Kami lihat 3–6 bulan mendatang kalau cost of fund bisa stabil turun di sisi asetnya, suku bunga kredit bisa turun,” ujar dia pada Sabtu, 26 Agustus 2017.
Tardi menuturkan jangka waktu hingga enam bulan merupakan masa transisi yang dibutuhkan untuk melihat pengaruh penurunan suku bunga acuan terhadap aset perseroan. Meskipun, demikian, menurut dia selama ini suku bunga sudah cukup kompetitif. “Biasanya suku bunga dari liabilities berpengaruh ke aset butuh waktu 3–6 bulan.”
Sebelumnya, Bank Indonesia dalam rapat dewan gubernur memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate sebesar 25 basis point. Dengan demikian, suku bunga acuan turun dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen.
Tardi mengatakan pihaknya akan menggenjot pembiayaan sektor konsumer. “Hingga triwulan II tahun 2017, pembiayaan Bank Mandiri ke segmen consumer banking mencapai Rp 91,3 triliun atau tumbuh 20,03 persen secara year on year,” ujar dia.
Untuk mendukung keinginan tersebut, kata dia, perseroan akan meningkatkan pembiayaan ke sektor properti, kepemilikan kendaraan, dan sektor kartu kredit. Pasalnya, ketiga sektor tersebut menjadi penopang utama pertumbuhan bisnis konsumer tahun ini.
Segmen kredit pemilikan rumah Bank Mandiri tumbuh 13,82 persen menjadi Rp 31,5 triliun. Adapun segmen auto-loan tumbuh 24,95 persen menjadi Rp 23,7 triliun dan kartu kredit tumbuh 9,6 persen menjadi Rp 9,6 triliun. “Seiring dengan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat, kami tentu ingin menjadikan segmen konsumer ini sebagai sumber pertumbuhan perseroan,” kata Tardi.
Hingga akhir tahun, Bank Mandiri berharap bisa mengakselerasi pertumbuhan kredit konsumer hingga di atas 20 persen. Salah satu strateginya adalah dengan meningkatkan kolaborasi dengan Bank Mandiri Group, termasuk lebih dari 2.600 kantor cabang dan sekitar 3.000 jaringan mikro di seluruh Indonesia.
INGE KLARA SAFITRI