TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah pada Jumat pagi, 25 Agustus 2017, menguat 15 poin menjadi Rp 13.331 per dolar Amerika Serikat (AS). "Sejumlah sentimen positif dari dalam negeri memberi pengaruh positif pada pergerakan mata uang rupiah terhadap dolar AS," kata analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, di Jakarta, Jumat, 25 Agustus 2017.
Reza mengemukakan bahwa perkiraan Bank Indonesia pada tahun 2019 mendatang ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh 5,3 hingga 5,7 persen memberi harapan positif bagi pelaku pasar untuk menempat dana investasinya di dalam negeri.
Ia menambahkan bahwa penetapan satu harga pada bahan bakar minyak (BBM) di wilayah timur Indonesia untuk mengurangi kesenjangan dan kenaikan inflasi juga turut diapresiasi oleh pelaku pasar. Dengan begitu, ekonomi nasional akan dapat tumbuh secara berkelanjutan.
Di sisi lain, lanjut Reza, komentar Presiden AS Donald Trump yang mengancam akan menghentikan operasional pemerintahan bila rencana untuk membangun tembok pembatas AS-Meksiko tidak disetujui, menjadi faktor negatif bagi mata uang dolar AS.
Baca: Laju Rupiah Berpotensi Terhambat Pertemuan Bank Sentral Dunia
"Kondisi politik di AS kurang kondusif, kondisi itu menahan pelaku pasar untuk mengakumulasi aset berdenominasi dolar AS, sehingga mata uang dunia cenderung terapresiasi, termasuk rupiah," katanya.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, menambahkan bahwa kebijakan ekonomi presiden AS yang tidak pasti membuat aset-aset berdenominasi dolar AS menjadi kurang menarik.
"Sebagian pelaku pasar cenderung jenuh terhadap dolar AS, namun jika ada pernyataan hawkish dari The Fed dalam simposium Jackson Hole mengenai suku bunga dapat mendorong dolar AS terapresiasi," katanya.
Sebelumnya, laju rupiah yang mencoba bertahan positif hari ini diprediksi berpotensi terhambat. Kurs rupiahdiperkirakan bergerak pada kisaran support Rp 13.362 dan resisten Rp 13.280.
ANTARA