TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Agus Muharram mengakui bahwa era bunga murah single digit menjadi tantangan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan koperasi yang memiliki unit simpan pinjam (USP). Menurut dia, apabila bunga bank dan bunga di KSP tidak bisa secara apple to apple dan tidak bisa menempatkan bank sebagai kompetitor koperasi.
“Karakter antara bank dengan koperasi simpan pinjam berbeda. Baik dilihat dari peraturan per undang-undangannya maupun dilihat dari sistem pengelolaan atau SOP-nya, pasti berbeda", kata Agus dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, 23 Agustus 2017.
Agus menegasakan perbedaan tersebut ada dalam proses pinjaman di bank yang bunganya lebih rendah dan persyaratan lebih ketat. Sementara di koperasi simpan pinjam kata dia, bunga lebih tinggi dan persyaratan relatif lebih mudah dan sederhana. Menurut dia, bank lebih berpedoman pada penyaluran dan pengembalian yang lancar. "Implikasinya, selama koperasi berkualitas dan profesional melayani anggota, maka bunga bukan hal yang utama,” ujarnya.
Baca: Ingin Sejajar dengan BUMN, Koperasi Diusulkan Bebas Pajak
Ia meyakini koperasi simpan pinjam dan USP masih memiliki ruang untuk berkompetisi. Bahkan, kata dia, kalau dilihat dari kebutuhan pembiayaan skala mikro dan kecil, kebutuhan, atau demandnya masih amat besar. “Ini peluang bagi koperasi simpan pinjam untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara profesional dengan tingkat pelayanan kepada para anggotanya berjalan secara prima dan memuaskan,” kata Agus. Jadi, Agus menegaskan meskipun bunga pinjaman di koperasi simpan pinjam lebih tinggi dengan bank, KSP tetap dapat bersinergi secara sehat dengan perbankan.
Ketua Umum Kospin Jasa Andi Arslan Djunaid mengungkapkan saat ini koperasi simpan pinjam di Indonesia dalam kondisi mengenaskan karena keberadaan Kredit Usaha Rakyat dan kredit UMI (Usaha Mikro Indonesia). "Pemerintah sepertinya hanya fokus pada perkuatan permodalan UKM tapi tidak ke perkuatan kelembagaan koperasi, khususnya KSP,” kata Andi.
Andi menambahkan, dengan cost of fund rata-rata koperasi simpan pinjam yang berkisar 18 persen, maka mustahil bagi KSP untuk bersaing. "Kami bukan pesimis, hanya saja harus ada jalan keluar agar bisa lebih kompetitif,” kata dia. Menurut Andi, selama ini KSP berjalan sendiri sesuai tata kelolanya, sehingga harus ada insentif dari pemerintah untuk perkuatan kelembagaan Koperasi Simpan Pinjam.
ARKHELAUS W.