TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan ekspor kopi mengalami permasalahan persaingan di internal. Padahal, kopi menjadi komoditas yang sekarang menjadi primadona untuk diekspor.
"Kopi menjadi satu komoditas yang diunggulkan (untuk ekspor)," kata Enggartiasto, Rabu, 23 Agustus 2017.
Menurut Enggar, kendalanya adalah semua pengusaha ingin menjual kopi dengan namanya sendiri. Sehingga, terjadi persaingan di internal para penghasil kopi. Enggartiasto berharap agar pemerintah provinsi turun untuk membenahi masalah ini. Ia mencontohkan, di wilayah Jember, Jawa Timur, ada sepuluh kelurahan yang menghasilkan kopi. Kesepuluh kelurahan tersebut ingin menamakan kopinya dengan nama kelurahan masing-masing dalam menjual produk mereka.
"Bagaimana ini. Ego kedaerahan sudah sempit," ujarnya.
Enggar menerangkan, sangat sulit jika setiap daerah ingin mempunyai nama kopi sendiri. "Kecamatan saja sudah pusing. Bagaimana menyatakan Kopi Jember, Kopi Banyuwangi, menjadi kopi Indonesia. Atau kalau tidak keberatan (sebut saja) ini Kopi Jawa Timur, Gayo, Toraja dan sebagainya."
Ia menambahkan daripada memikirkan ego seperti itu, lebih baik mencari cara meningkatkan kemampuan ekspor kopi yang dihasilkan. Musababnya, tidak sedikit setelah ditelisik, komoditas kopi yang dihasilkan itu belum sanggup untuk diekspor. "Jika mau ekspor kopi, kualitasnya baik, jual dulu di lokal, baru ekspor. Jangan nanti tertatih-tatih malah jatuh," ucapnya.
IMAM HAMDI
https://m.tempo.co/read/news/2016/10/02/090808973/kemenperin-indonesia-bisa-kuasai-ekspor-kopi-sangrai-dunia