TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pembelian pesawat Sukhoi Su-35 Flanker E dari Rusia dengan cara imbal beli atau barter terus dilakukan.
"Prosesnya masih jalan. Sistemnya barter (imbal beli), masih dalam proses," kata Enggartiasto seusai penandatanganan nota kesepahaman antara Kemendag dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia di Gedung Kemendag, Jakarta, Rabu, 23 Agustus 2017.
Kemendag melalui PT Perusahaan Perdagangan Indonesia melakukan kesepakatan imbal beli dengan Pemerintah Rusia melalui lembaga dagangnya Rostec, 10 Agustus 2017. Adapun nilai transaksi pembelian pesawat tersebut mencapai US$ 1,14 miliar, dengan imbal barang ekspor Indonesia ke Rusia mencapai 50 persen atau senilai US$ 570 juta.
Baca: Jaksa Agung Dampingi Kemendag Urusi Barter Karet dengan Sukhoi
Dalam nota kesepahaman itu, Rostec menjamin akan membeli lebih dari satu komoditas ekspor Indonesia, dengan pilihan di antaranya karet olahan dan turunannya, CPO dan turunannya, mesin, kopi dan turunannya, kakao dan turunannya, tekstil, teh, alas kaki, ikan olahan, furnitur, kopra, plastik dan turunannya, resin, kertas, rempah-rempah, dan produk industri pertahanan.
Simak: Indonesia dan Rusia Barter Karet dengan Sukhoi
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Oke Nurwan mengatakan pemerintah masih akan melakukan pertemuan dengan Rostec, untuk menentukan produk apa saja yang akan dibarter dengan pesawat. "Kita beli Sukhoi sebagian dengan komoditas kita," ujarnya.
Salah satu yang dibutuhkan Rusia, adalah karet. Pemerintah, kata dia, memang baru dapat membarter setengah dari harga pesawat Sukhoi. "Nanti patokan kita US$ 570 juta dulu. Kalau lebih syukur," ujarnya. "Nanti mereka langsung membeli ke eksportir."
IMAM HAMDI