TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan pertumbuhan kredit pada Juni hanya sebesar 7,8 persen, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 8,7 persen. Dengan capaian tersebut, kata Agus, BI pun memprediksi pertumbuhan kredit pada 2017 hanya sebesar 8-10 persen.
"Alasan utama kami menurunkan karena memang perkembangan sampai Juni pertumbuhan kredit di bawah 3 persen year to date. Tapi, pada 2018, kami tetap meyakini pertumbuhan kredit 10-12 persen," kata Agus dalam konferensi persnya di Kompleks BI, Jakarta Pusat, Selasa malam, 22 Agustus 2017.
Simak: Sistem Keuangan Stabil, BI Ingatkan Rasio Kredit Bermasalah
Agus menyatakan bahwa BI telah melihat rencana bisnis perbankan. BI juga sudah menganalisa kondisi perbankan yang masih dalam konsolidasi karena adanya tren peningkatan kredit macet atau non-performing loan (NPL) dan terkoreksinya harga komoditas. "Ini membuat ekspansi perbankan terbatas," ujarnya.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, untuk mendorong penurunan suku bunga perbankan, terutama suku bunga kredit, BI menurunkan suku bunga 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. "Kami juga memutuskan suku bunga instrumen moneter lainnya menurun," katanya.
BI memperkirakan, dengan penurunan suku bunga instrumen moneter lainnya, penurunan suku bunga acuan yang memiliki jangka waktu lebih panjang akan lebih besar. "Penurunan term structure suku bunga operasi moneter akan memaksa perbankan menyalurkan kredit dengan likuiditas yang ada," ujar Perry.
Dalam hal kebijakan makroprudensial, menurut Perry, Bank Indonesia tengah mempersiapkan kebijakan loan to value spasial. "Kami juga mendorong perbankan untuk membiayai perekonomian, tidak hanya dari kredit tapi juga melalui sekuritas. Sehingga, yang akan kami kaji adalah perluasan loan to funding ratio," kata Perry.
ANGELINA ANJAR SAWITRI