TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan laju inflasi pada minggu ketiga Agustus masih berada di level 0,02 persen. Angka tersebut, menurut Agus, diambil berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan BI.
"Kalau Agustus segitu, jatuhnya setahun 3,91 persen. Itu ada di bawah 4 persen (target inflasi di APBN-P 2017)," kata Agus di kompleks BI, Jakarta Pusat, Selasa malam, 22 Agustus 2017.
Simak: Bank Indonesia Musnahkan 189.477 Lembar Rupiah Palsu
Menurut Agus, inflasi memang terkendali pada level yang lebih rendah daripada perkiraan BI. Hal itu mendukung pencapaian sasaran inflasi sebesar 4 persen pada 2017 dan 3,5 persen pada 2018. Inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada Juli tercatat 3,88 persen (year-on-year/yoy).
Agus mengatakan, di samping terkendalinya inflasi administered prices, inflasi volatile food dan inflasi inti lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi pasca-Lebaran dalam tiga tahun terakhir. Secara tahunan, inflasi inti tercatat cukup rendah, yaitu 3,05 persen (yoy).
Inflasi inti yang rendah, menurut Agus, disebabkan oleh permintaan domestik yang terbatas, ekspektasi inflasi yang terjaga, dan nilai tukar rupiah yang stabil. "Ke depan, inflasi diperkirakan akan tetap rendah di dalam kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan," ujarnya.
Rendahnya inflasi, kata Agus, didukung masih cukupnya sisi penawaran dibanding sisi permintaan, stabilnya nilai tukar rupiah, menurunnya inflasi global, dan rendahnya risiko kenaikan administered prices. "BI terus berkoordinasi dengan pemerintah agar inflasi tetap rendah."
Sejalan dengan rendahnya inflasi, BI pun memutuskan menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo (7DRR) Rate sebesar 25 basis poin dari sebelumnya 4,75 persen menjadi 4,5 persen. Penurunan tersebut, kata Agus, berlaku efektif pada 23 Agustus 2017.
Selain itu, suku bunga deposit facility turun 25 basis poin menjadi 3,75 persen dan lending facility turun 25 basis poin menjadi 5,25 persen. "Penurunan suku bunga acuan ini akan diikuti dengan penurunan suku bunga instrumen moneter lainnya," kata Gubernur Bank Indonesia.
ANGELINA ANJAR SAWITRI