TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menyerap dana Rp 15 triliun dari lelang lima seri Surat Utang Negara (SUN), kemarin. Keterangan dari situs Kementerian Keuangan menyebutkan perolehan dana tersebut memenuhi target indikatif yang sudah ditetapkan pada 16 Agustus lalu, yakni Rp 15-22,5 triliun.
“Lelang ini digelar untuk memenuhi pembiayaan yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan total penawaran mencapai Rp 46,3 triliun,” dikutip dari situs Kementerian Keuangan yang dilansir Koran Tempo edisi Rabu 23 Agustus 2017. Pemerintah melelang SUN seri SPN03171123, SPN12180511, FR059, FR074, dan FR075. Dua jenis SUN dengan seri SPN memiliki tingkat kupon diskonto, sedangkan tingkat kupon seri FR059 mencapai 7 persen. Adapun tingkat kupon SUN seri FR074 dan FR075 ditetapkan 7,5 persen.
Simak: Pemerintah Terbitkan Surat Utang Global dan Euro Bersamaan
Dalam lelang tersebut, seri SPN03171123 berhasil menyerap dana paling besar, yakni Rp 5 triliun, dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 5,00600 persen. Penawaran untuk surat utang yang jatuh tempo pada 23 November 2017 ini mencapai Rp 5,97 triliun. Imbal hasil terendah yang masuk mencapai 4,95 persen dan imbal hasil tertinggi 5,1 persen. Nilai nominal yang dimenangkan untuk seri SPN12180511 mencapai Rp 3 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 5,65710 persen. Imbal hasil terendah 5,55 persen dan tertinggi 5,85 persen.
Untuk seri FR059, nominal yang dimenangkan mencapai Rp 1,5 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 6,85881 persen. Penawaran untuk obligasi yang jatuh tempo pada 15 Mei 2027 ini mencapai Rp11,09 triliun dengan imbal hasil terendah 6,83 persen dan tertinggi 6,99 persen. Seri FR074, yang jatuh tempo pada 15 Agustus 2032, meraup dana Rp 2,65 triliun dengan imbal hasil terendah 7,28 persen dan tertinggi 7,41 persen.
Terakhir, untuk seri FR075, nilai nominal yang dimenangkan mencapai Rp 2,85 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 7,36099 persen. Penawaran untuk obligasi yang jatuh tempo pada 15 Mei 2038 ini mencapai Rp 9,9 triliun. Imbal hasil terendahnya 7,34 persen dan tertinggi 7,65 persen.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yakin perolehan peringkat layak investasi dari tiga lembaga pemeringkat kelas dunia membuat Surat Utang Negara semakin laris. Kini, menurut dia, Fitch Ratings, S&P serta Moody’s telah memasukkan Indonesia ke kategori negara layak investasi dengan risiko kredit di kelas menengah bawah (lower medium grade). “Itu akan berdampak positif terhadap imbal hasil yang akan tercapai,” ujarnya, bulan lalu.
FERY F.