TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mematok pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018 sebesar 5,4 persen. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut, pemerintah ingin komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi tumbuh 6,3 persen.
"Kami asumsikan kredit perbankan akan tumbuh cukup tinggi. Kalau dilihat dari realisasinya sampai pertengahan tahun ini, ini masih perlu ditingkatkan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantornya, Senin, 21 Agustus 2017.
Menurut Sri Mulyani, peningkatan kredit perbankan tergantung pada optimis atau tidaknya dunia usaha sehingga mengajukan kredit di bank untuk modal kerja atau investasi. Selain itu, pertumbuhan kredit juga tergantung pada kapasitas perbankan, terutama kesehatan neraca perbankan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menambahkan, dalam investasi, pemerintah hanya memiliki porsi sekitar 8 persen. Komponen yang lain, yakni kredit perbankan, berkontribusi sekitar 9 persen dari keseluruhan pertumbuhan investasi.
Karena itu, pemerintah ingin pertumbuhan kredit perbankan bisa mencapai 11 persen tahun ini. Menurut Suahasil, berdasarkan informasi dari asosiasi-asosiasi perbankan, pertumbuhan kredit perbankan saat ini baru sebesar 7-8 persen. "Tapi masih ada harapan di semester II," ujar Suahasil.
Pemerintah pun ingin mendorong pertumbuhan investasi di pasar modal yang porsinya sekitar 17 persen. Sementara itu, menurut Suahasil, BUMN memiliki porsi sekitar 10 persen dan penanaman modal asing serta penanaman modal dalam negeri memiliki porsi sekitar 15-16 persen.
Sri Mulyani berharap investasi di pasar modal semakin meningkat sehingga pertumbuhan investasi dapat mencapai target. "Kami berharap ada perusahan-perusahaan yang IPO (initial public offering) dan right issue," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Selain mengandalkan investasi, ekonomi tahun depan juga akan dikerek oleh konsumsi rumah tangga yang dipatok 5,1 persen dan konsumsi pemerintah yang ditargetkan tumbuh 3,8 persen. "Untuk konsumsi rumah tangga, kita harus waspada terkait daya beli," ujar Sri Mulyani.
Adapun ekspor ditargetkan tumbuh 5,1 persen dan impor 4,5 persen. "Faktor eksternal yang mempengaruhi ekspor adalah apakah eskalasi dari ketegangan di Korea Utara atau Laut Cina Selatan akan menyebabkan terganggunya lalu lintas barang," kata Sri Mulyani.
ANGELINA ANJAR SAWITRI