TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah pada Senin pagi, 21 Agustus 2017, dibuka menguat 34 poin menjadi Rp 13.328 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan nota keuangan RAPBN 2018 yang mengindikasikan optimisme pemerintah terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia menjadi salah satu faktor yang menjaga pergerakan mata uang domestik.
"Pemerintah yang optimistis memicu pelaku pasar uang mengakumulasi aset-aset berdenominasi rupiah," katanya. Di samping itu, kondisi politik di Amerika Serikat yang kurang kondusif membuat aset-aset bernilai dolar AS menjadi kurang menarik untuk diakumulasi.
Baca: Rupiah Rentan Kembali ke Zona Merah
"Situasi itu membuat sebagian investor berekspektasi kenaikan suku bunga The Fed belum akan dilakukan dalam waktu dekat," katanya.
Ekonom Samuel Aset Manajamen, Lana Soelistianingsih, mengatakan mundurnya beberapa petinggi Amerika Serikat juga membuat pelaku pasar global bereaksi negatif terhadap pasar Amerika Serikat. "Investor meragukan kemampuan Presiden AS Donald Trump dalam mengelola timnya serta pengelolaan anggaran untuk mendorong ekonominya," katanya.
Dampaknya, pelaku pasar kembali mencari mata uang safe haven untuk mengamankan posisi. Laju Rupiah pun kembali melemah.
ANTARA