TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menyatakan uang elektronik perdana untuk pembayaran jalan tol akan didiskon hingga 50 persen. Potongan harga kartu ini masa penjualan selama 17 Agustus hingga 30 September 2017. Tujuannya untuk menarik minat masyarakat membayar secara non-tunai.
"Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dan perbankan, sudah sepakat akan memberikan diskon," kata Deputi Gubernur BI Sugeng dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2017.
Sugeng mengatakan, hingga akhir Juni 2017, baru 28 persen transaksi pembayaran di gerbang tol menggunakan uang elektronik secara nasional. Sementara, untuk pembayaran tol di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), total transkasi non-tunai sebesar 33,16 persen.
"Kami upayakan untuk mengubah kebiasaan. Kami juga akan lakukan enforcement (penegakan) untuk mengubah mindset masyarakat," ujar Sugeng.
Baca: Himbara Manfaatkan Momen Mudik Berjualan Uang Elektronik
Dorongan untuk meningkatkan penetrasi transaksi uang elektronik sesuai instruksi Presiden Joko Widodo. Pemerintah dan BI menargetkan pada 31 Oktober 2017, semua transaksi di gerbang tol telah menggunakan uang elektronik.
Selain memberikan diskon untuk mendorong transaksi non-tunai, Sugeng mengatakan, perbankan dan BPJT juga akan memperbanyak gerai atau loket pengisian saldo uang elektronik (top-up). Sebab dari hasil evaluasi saat arus mudik-balik Juni 2017, masyarakat banyak mengeluh kurangnya sarana untuk melakukan top-up. "Perbankan akan tambah 30 lokasi dari 21 lokasi top-up yang ada saat ini," ujar dia.
Ketua BPJT Herry Trisaputra Zuna mengatakan instansinya bakal memperbanyak jumlah gardu tol non-tunai. BPJT menargetkan proporsi jumlah gardu non-tunai dan hibrid menjadi 70-30.
Saat ini, produk uang elektronik yang bisa digunakan untuk membayar tol baru berasal dari PT Bank Mandiri Persero Tbk (e-money), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI Tapcash), PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (Brizzi), dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA-Flazz).
ANTARA