TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas, Taye Shim, menilai pelaku pasar saham perlu menahan nafsunya untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia. "Kami percaya sekarang saatnya untuk mengatur risiko," ujar dia di kantornya, Jakarta, Senin, 14 Agustus 2017.
Taye mengatakan pasar saham Indonesia mampu mempertahankan tren bullish sejak awal tahun ini. Para investor asing berbondong-bondong membeli saham hingga membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) mencetak rekor tertingginya.
Namun dia menyaksikan tren tersebut mulai berkurang. Pelaku pasar mulai menilik kembali pertumbuhan konsumsi yang melambat. Menurut dia, faktor utama pelemahan konsumsi merupakan inflasi.
Baca: Eks Bos BEI Mengenang Masa Kejayaan Bursa Saham
Inflasi Indonesia saat ini terhitung rendah. Sayangnya, inflasi rendah berdampak negatif bagi perusahaan yang bergerak di sektor konsumsi karena tak ada lagi alasan bagi perusahaan untuk menaikkan harga.
Taye mengatakan kenaikan harga diperlukan untuk menutupi tren penurunan pendapatan dan margin. "Tekanan inflasi rendah nampaknya akan membuat investor khawatir terhadap pertumbuhan pendapatan perusahaan di sektor tersebut," ujarnya.
Simak: Bursa Saham Asia Diperkirakan Menguat, Ini Pendorongnya
Faktor lain yang membuat minat terhadap pasar saham Indonesia berkurang adalah kekhawatiran terhadap realisasi proyek infrastruktur yang gencar dibicarakan Presiden Joko Widodo. Taye mengatakan terdapat sejumlah kendala dari sisi keuangan pemerintah.
Salah satu contoh kasus yang dijabarkan Taye adalah waktu perputaran utang (account receivable days) pada Waskita Beton. Pada 2015, Waskita Beton hanya menunggu 71 hari. Namun pada 2016 waktunya melesat hingga 236 hari.
Taye mengatakan harga komoditas juga turut menjadi pertimbangan, terutama batu bara. Harga komoditas tersebut membaik dalam beberapa waktu terakhir. "Tapi saat ini masih terlalu berisiko," kata dia.
Menurut dia, harga batu bara dunia melonjak akibat banjir di Cina. Pemerintah Cina harus menggunakan stok batu baranya untuk memenuhi kebutuhan listrik saat banjir terjadi.
VINDRY FLORENTIN