TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menyatakan salah satu elemen penting dalam visi Indonesia pada 2045 adalah percepatan ekonomi. Percepatan ekonomi yang dimaksud di antaranya untuk melepaskan diri dari jebakan pendapatan menengah ke negara berpenghasilan tinggi.
Bambang memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 6,4 persen per tahun. Dengan pertumbuhan ekonomi ini, Indonesia akan menjadi negara berpenghasilan tinggi sekitar tahun 2034 hingga tahun 2045, PDB per kapita Indonesia diperkirakan sekitar US$ 29 ribu dan PDB Indonesia diperkirakan mencapai peringkat ke-5 dunia, atau naik dari peringkat ke-16 pada tahun lalu.
Demi tercapainya visi tersebut, Bambang menekankan pentingnya pelaksanaan kebijakan reindustrialisasi. "Industri manufaktur harus dapat tumbuh rata-rata 7,8 persen per tahun selama 30 tahun ke depan,” ujarnya di acara The 2nd International Conference on Indonesian Economy & Development (ICIED), Jakarta, Senin, 14 Agustus 2017. Sehingga peran industri manufaktur dapat meningkat dari 21 persen di tahun 2015 menjadi sekitar 32 persen pada tahun 2045.
Adapun karakteristik reindustrialisasi yang harus dimiliki adalah industrialisasi yang bisa diintegrasikan dari hulu ke hilir. Sehingga nilai tambah dalam industri manufaktur ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi perekonomian.
Baca: Menteri PPN: Indonesia Bebas Kemiskinan 2045
Dengan integrasi ini, produktifitas industri kecil akan terdorong. Kedua, ekonomi Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan ekonomi digital secara optimal dan mendorong inovasi dalam kegiatan ekonomi pada umumnya. Inovasi dan peningkatan digital merupakan faktor penting untuk meningkatkan produktivitas ekonomi.
Ketiga, adanya kebutuhan untuk memperbaiki aspek kelembagaan yang dapat mendorong inovasi. Keempat, pengembangan dan penerapan sains dan teknologi juga perlu ditingkatkan.
Dalam kesempatan itu Bambang juga memberikan tanggapan mengenai perubahan ekonomi global yang terjadi dalam beberapa dekade. “Negara-negara yang diakui sebagai negara berkembang di tahun 1970-an, seperti Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong. Saat ini sudah bisa dikatakan sebagai salah satu negara yang sudah maju,” katanya.
Di tahun 2015, kekuatan ekonomi baru bisa mencapai 55 persen output global atau lebih tinggi dari tahun 1980 yang hanya mencapai 34 persen. Pemerintah berharap di tahun 2050 angkanya dapat mencapai 70 persen dengan negara-negara Asia menjadi motor utama yang memberi kontribusi 54 persen dari global output.
M JULNIS FIRMANSYAH | RR ARIYANI