TEMPO.CO, Jakarta -Bursa saham Asia diperkirakan akan menghentikan pelemahan yang terjadi pekan lalu. Sementara pelaku pasar di Jepang kembali dari liburan dan menghadapi penurunan lebih lanjut.
Indeks Futures di Australia menunjukkan awal perdagangan yang cenderung flat. Sedangkan indeks Futures di Hong Kong menguat setelah Indeks S&P 500 ditutup menguat pada hari Jumat.
Pekan lalu, indeks pengukur volatilitas melonjak setelah pasar tersentak oleh peningkatan ketegangan yang tiba-tiba antara AS dan Korea Utara. Namun, perhatian saat ini beralih ke data ekonomi di Cina yang diikuti oleh laporan keuangan dari raksasa internet negara itu, Tencent dan Alibaba.
Direktur Badan Intelijen AS (Central Intelligence Agency/CIA) Mike Pompeo dan penasihat keamanan nasional HR McMaster, dalam talk show pada hari Minggu yang terpisah mengatakan tidak ada indikasi perang akan pecah.
Beberapa hari setelah Trump mengatakan bahwa opsi militer terhadap Korea Utara telah diputuskan, ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Joseph Dunford berencana bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada hari Senin 14 Agustus 2017.
Di Cina, angka produksi dan konsumsi diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat pada hari Senin. Aktivitas manufaktur diperkirakan meningkat 7,1 persen pada Juli dari tahun sebelumnya, dibanding 7,6 persen pada Juni, dengan penjualan ritel melambat menjadi 10,8 persen dari 11 persen.
Sepekan yang lalu, bursa saham global mencapai titik tertinggi sepanjang masa di tengah ekspektasi untuk pemulihan global yang berkelanjutan dalam menghadapi kebijakan moneter AS yang lebih ketat. "Selain beberapa ketidakpastian politik, saya yakin pasar akan segera melihat jauh ke depan, laporan keuangan (emiten) dan data ekonomi tetap kuat," kata Direktur Pelaksana Morgan Stanley, Nick Savone, seperti dikutip Bloomberg.
BISNIS.COM