TEMPO.CO, Tangerang -Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto, mengatakan Pertamina tak bisa menjanjikan memproduksi Euro IV pada tahun depan. Alasannya perusahaan baru memproduksi BBM dengan kandungan sulfur rendah, namun belum Euro 4.
"Kami siap-siap saja. Opsinya kalau tidak bisa produksi kami ya impor dulu tapi sekarang belum (impor)," kata Gigih saat ditemui di ICE, BSD, Tangerang, Kamis, 10 Agustus 2017.
Gigih menuturkan jika memang harus dijalankan tentu Pertamina akan mengeksekusi. Namun diharapkan produk Pertamax Turbo dengan kandungan sulfur 50 BBM itu bisa cukup memenuhi kebutuhan akan Euro 4.
Diketahui Pertamina sudah memproduksi BBM dengan sulfur rendah, yaitu 50 BBM. Ini merupakan langkah awal Pertamina memproduksi bahan bakar berjenis Euro 4. Gigih mengungkapkan kandungan sulfur 50 Parts per million (ppm) itu sudah bagus dan sebenarnya sudah sesuai dengan aturan Kementerian LHK tentang Euro 4. Namun untuk menuju ke Euro 4 ada unsur kimia lain yang harus dicampurkan. "Syarat sulfur KLHK sudah dipenuhi."
Sebelumnya kandungan sulfur mencapai 500 ppm sehingga dengan kandungan 50 BBM ini sudah sangat turun. Produksi jenis ini mencapai 2 ribu kiloliter per hari di Kilang Balongan. Penjualannya sudah dilakukan secara terbatas di SPBU Coco di Jakarta.
Gigih memperkirakan Euro 4 baru bisa diproduksi ketika Pertamina RDMP (Refinery Development Master Plan) Balikpapan sudah selesai pembangunannya pada 2022. Bahkan selain memproduksi Euro 4, RDMP Balikpapan juga bisa memproduksi Euro 5.
Euro 4, kata Gigih, terkait dengan kesiapan industri otomotif memproduksi kendaraan yang memenuhi standar Euro 4. Namun ketika mendengar penjelasan Ketua Umum Gaikindo, ia merasa yakin industri siap karena industri butuh efisiensi dalam mendesain produk mesin mereka. "Kami optimalkan produksi kilang," ucapnya.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah menargetkan bahan bakar Euro 4 sudah bisa diluncurkan pada September 2018. Ia melihat kilang Balongan sudah bisa menciptakan BBM jenis ini.
Simak Pula: Mitsubishi dan Isuzu Siap Tambah Investasi untuk Euro 4
Airlangga berujar hal ini sejalan dengan target pemerintah menciptakan low carbon emission vehicle sebanyak 400 ribu unit di 2025. Angka ini diambil dari 20 persen target produksi kendaraan mobil pada 2025 sebesar 2 juta unit. Ia optimistis target ini akan tercapai. Terlebih kendaraan LCEV ini tak hanya memuat mobil listrik tapi juga mobil hibrid yang sudah siap untuk diproduksi.
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi menjelaskan penerapan standar emisi gas buang kendaraan bermotor setara Euro 4 disamping menghasilkan kendaraan-kendaraan yang tingkat emisi gas buangnya lebih rendah, juga membuat lini produksi di pabrik menjadi lebih efisien.
Alasannya kendaraan yang diproduksi bisa digunakan untuk pasar domestik maupun tujuan ekspor. Ia berterima kasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang telah menetapkan peraturan standar emisi gas buang kendaraan bermotor setara dengan Euro 4. Aturan itu tertuang melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017.
DIKO OKTARA