TEMPO.CO, Jakarta - Tim Kurator PT Perindustrian Nyonya Meneer (dalam pailit) menyatakan pihaknya meminta para kreditor yang memiliki tagihan kepada perusahaan jamu legendaris ini untuk mendaftarkan diri kepada tim sebelum 21 Agustus 2017.
Penghubung tim kurator, Adhitya Prihandono, mengatakan pihaknya memberi kesempatan kepada kreditor maupun debitor perusahaan maupun pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. “Silakan bawa tagihan asli dan fotocopy serta pengenal” kata Adhitya hari ini, Kamis, 10 Agustus 2017.
Skenario penyelamatan Nyonya Meneer mulai menampakkan titik terang. Pengusaha nasional Rachmat Gobel bertemu Presiden Direktur Nyonya Meneer, Charles Saerang, pada Rabu malam, 9 Agustus 2017, di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta.
Baca: Menperin Panggil Bos Nyonya Meneer
Hasilnya, Rachmat Gobel sepakat menyelamatkan Nyonya Meneer dari kepailitan dan akan terlibat dalam proses restrukturisasi utang perusahaan tersebut. Dirinya berjanji segera menindaklanjuti hal ini dengan mempertemukan tim keuangan dan legal kedua pihak dalam waktu dekat. “Saya tidak ingin pakai istilah pengambilalihan atau akuisisi. Istilah penyelamatan Nyonya Meneer saya rasa lebih tepat,” ujar Gobel, seusai pertemuan tersebut.
Pada Kamis, 3 Agustus 2017, Pengadilan Niaga Semarang menyatakan perjanjian perdamaian No.01/Pdt.Sus-PKPU/2015/PN.Niaga.Smg tertanggal 8 Juni 2015 batal. Dengan pembatalan homologasi ini maka PT Nyonya Meneer dinyatakan pailit.
Berdasarkan keputusan pengadilan 2015 itu nilai total utang Nyonya Meneer mencapai Rp 198,4 miliar. Kala itu sejumlah kreditor dengan piutang paling besar yang harus dipenuhi antara lain Bank Papua yang mencapai Rp 68 miliar, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Semarang Rp 20,8 miliar, serta kewajiban terhadap karyawan (koperasi) sekitar Rp 10 miliar.
Baca: Nyonya Meneer Bangkrut, Pemerintah Tolak Intervensi
Berikut perjalanan Nyonya Meneer dan skenario penyelamatan oleh Rachmat Gobel:
- 1919 - Jamu Cap Potret Nyonya Meneer didirikan di Semarang didirikan oleh Lau Ping Nio atau lebih dikenal dengan sebutan Nyonya Meneer
- 1940 – Anak Nyonya Meneer, Nonnie, membuka cabang pertama di Jakarta, tepatnya di Jalan Juanda, Pasar Baru
- 1967 - Nyonya Meneer atau Lau Ping Nio menjadi direktur utama pada perusahaan yang dikelola dengan anak-anaknya ini. Hans Rama, anak kedua, ditunjuk sebagai penanggungjawab utama
- 1972 – Untuk mendekatkan diri dengan konsumen dan memberi rasa kepastian akan keaslian produk jamunya, potret Nyonya Meneer mulai dipasang pada bungkus jamu
- 1976 – Hans Rama meninggal dunia. Sebelum meninggal, Hans meminta putranya, Charles Saerang (generasi ketiga Nyonya Meneer) yang baru menyelesaikan pendidikan Master dan berusia 24 tahun, pulang untuk melanjutkan peran sang ayah
- 1977 - Pabrik PT Nyonya Meneer di Jalan Raden Fatah, Semarang, berdiri di atas areal seluas 9.980 m2 dan dilengkapi laboratorium
- 1978 – Nyonya Meneer meninggal dunia
- 1984 - Didirikan Museum jamu Nyonya Meneer di Semarang yang sekaligus menjadi museum jamu pertama di Indonesia
- 1985-2000 - Pertikaian demi pertikaian terjadi antara ahli waris Nyonya Meneer. Terdapat sedikitnya 10 pertikaian antarahli waris yang berujung ke pengadilan. Bahkan, Menteri Tenaga Kerja Cosmas Bara (1988-1993) turun tangan langsung untuk meredakan gejolak internal di pabrik jamu legendaris itu. Puncaknya, pada 2000 seluruh saham Nyonya Meneer disebutkan sepenuhnya di bawah kendali Charles Saerang
- 2000 - Nyonya Meneer menjadi satu dari lima produsen produk fitofarmaka. Nyonya Meneer menjadi satu-satunya perusahaan jamu untuk produk jenis ini. Empat lainnya merupakan industri farmasi. Tahun ini, perusahaan juga mengalami tekanan dari kalangan pekerja yang menuntuk jaminan sosial, upah, hingga kesejahteraan
- 2007 – Salah satu bank swasta nasional yang melakukan pembiayaan kepada distributor Nyonya Meneer menyebutkan, perusahaan memiliki 2 ribu agen dan 28.665 outlet yang tersebar di 19 provinsi. Sedangkan ekspor terus dilakukan untuk negara-negara tujuan seperti Malaysia, Singapura, Belanda, Arab Saudi, Australia, Taiwan, dan Amerika Serikat. Tercatat pendapatan ekspor perusahaan Rp 31 miliar kala itu
- 2013 – Penggajian yang tidak tepat waktu membuat buruh mulai berdemo. Puncaknya di triwulan IV tahun 2013, demo besar-besaran hingga pemogokan dilakukan karyawan Nyonya Meneer karena perusahaan jamu asal Semarang ini menunggak gaji.