TEMPO.CO, Jakarta - PT Timah (Persero) Tbk menargetkan pendapatan tahun ini meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu. Perseroan tercatat mendapat Rp 6,97 triliun pada 2016.
Direktur Keuangan PT Timah Emil Ermindra mengatakan industri timah mengalami kerugian tahun lalu akibat musim. Produksi timah pun menurun. Namun dia mencatat terjadi kenaikan produksi hingga Juli lalu. Harga pun membaik.
"Melihat perbaikan operasi produksi sampai Juli ini, kami tetap dapat mencapai target," ujarnya di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa, 8 Agustus 2017. Terlebih lagi, harga logam timah dunia stabil di angka US$ 20 ribu per million tonnes (Mt) hingga kuartal pertama 2017. Dia memprediksi harganya akan tetap stabil hingga akhir tahun ini.
Baca: Dongkrak Kinerja Perseroan, PT Timah Garap Bisnis Properti
Hingga kuartal pertama 2017, emiten berkode TINS itu membukukan pendapatan Rp 2,05 triliun. Nilainya naik 57,24 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Emil mengatakan kenaikan pendapatan didorong naiknya harga rata-rata komoditas, yaitu di kisaran Rp 19-21 ribu. Sedangkan laba yang diperoleh mencapai Rp 65,86 miliar.
Emil mengatakan perseroan terus memacu penjualan produk untuk mencapai target tersebut. Perseroan menargetkan penjualan produk sepanjang 2017 bisa 32-35 ribu ton. PT Timah saat ini menyumbang 45 persen dari total produksi Indonesia yang berkisar 70-80 ribu ton.
Simak: PT Timah Rogoh Kocek Rp 6,5 Miliar untuk Biaya Eksplorasi
Pada kuartal pertama 2017, TINS memproduksi 7.675 ton bijih. Angkanya meningkat 125,37 persen dibanding kuartal pertama 2016. Menurut Emil, kenaikan produksi dipicu rekondisi dan replacement serta pembesaran kapasitas dan penguatan sarana pendukung produksi. TINS tercatat mengalami peningkatan penjualan logam timah sebesar 6.963 Mt pada kuartal pertama tahun ini.
VINDRY FLORENTIN