TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian memacu ketersediaan bahan baku dan energi bagi industri kaca, sehingga tidak terkendala dalam proses produksinya.
"Industri kaca merupakan sektor yang potensial, karena sudah mampu ekspor," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa, 8 Agustus 2017.
Dengan kelancaran produksi, lanjut Airlangga, efek ganda yang dibawa industri akan berjalan baik seperti pada peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, dan penerimaan devisa.
Menurut Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono, selama ini pasokan silika dari Belitung untuk salah satu industri kaca, yakni Asahimas, sempat terhambat dan hanya mampu memenuhi 30 persen dari kebutuhan.
Baca: Kemenperin Ajak Raja Salman Investasi Industri Petrokimia
"Mereka butuh 50 ribu ton silika setiap bulan. Jika bahan baku itu harus impor, ongkos produksi bisa membengkak," ungkapnya.
Saat ini, PT Asahi Chemical mulai membangun pembangkit listrik dan pabrik kimia senilai 400-500 juta dollar AS serta total investasi untuk proyek relokasi PT Asahimas Flat Glass Tbk. diperkirakan mencapai 167 juta dollar AS. Kaca produksi pabrik tersebut untuk kebutuhan arsitektur dan otomotif.
Industri kaca Asahimas, utamanya dari pabrik Cikampek, dipasarkan ke dalam dan luar negeri. Untuk negara tujuan ekspor, mereka menyasar Amerika Serikat, Brasil, Belgia, Italia, Pakistan, Thailand, Singapura, Cina, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Jepang.
ANTARA