TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengakui pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2017 tak sesuai dengan harapan. Menurutnya, angka pertumbuhan sekarang bisa lebih baik lagi. "Mungkin tidak jelek, tapi tidak terlalu bagus menurut saya," katanya saat dicegat di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa, 8 Agustus 2017.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2017 hanya 5,01 persen. Angka tersebut lebih rendah dibanding periode tahun lalu 5,18 persen.
Di sisi lain, angka 5,01 persen menandakan tidak ada pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal alias stagnan. Sebab, pada kuartal pertama, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,01 persen.
Adapun dalam APBNP 2017, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen pada tahun ini. Angka itu merupakan revisi dari target sebelumnya 5,1 persen.
Simak pula: Pertumbuhan Ekonomi Stagnan, Indef: Akibat Konsumsi Lesu
Menurut Darmin, pertumbuhan ekonomi tak sesuai dengan harapan karena dua hal. Pertama, angka konsumsi pemerintah, seperti gaji, masih terlalu sedikit. Kedua, pelaksanaan investasi belum sepenuhnya cepat. Di luar itu, mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong seimbang. Hal itu terlihat dari angka konsumsi dan ekspor-impor yang lumayan baik.
"Kalau dilihat dari sektornya, pertanian oke, jasa oke, jadi ekonomi kita itu berjalan. Lagipula ini kan masih kuartal kedua, target 5,2 persen kan di akhir tahun," ujarnya.
Untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di sisa waktu, Darmin mengungkapkan pemerintah akan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi 16. Rencananya, paket itu akan dikeluarkan sepekan lagi.
Adapun fokus paket terbaru untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi itu adalah percepatan pelaksanaan investasi. Pemerintah, menurut Darmin, ingin membereskan semua persoalan perizinan di pusat dan daerah dengan satu model tertentu. "Tunggu saja. Kalau saya ceritakan sekarang, gregetnya nanti kurang," ucapnya.
Secara terpisah, Presiden Joko Widodo tetap mensyukuri pertumbuhan ekonomi yang ada. Menurutnya, angka 5,01 persen bukan hal buruk karena masih di atas 5 persen, walau tipis. "Itu patut disyukuri," tuturnya.
ISTMAN M.P.