TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Kajian Pangan Strategis (PKPS) akan menyelenggarakan
Konvensi Jagung Nasional sekitar September 2017. Konvensi ini dilakukan untuk mengkaji industri komoditas jagung yang dinilai belum menunjukkan kondisi ideal dalam beberapa tahun terakhir. Padahal jagung merupakan komoditas yang strategis.
Jagung dianggap strategis karena produk turunannya, yaitu pakan, menjadi makanan bagi ternak ayam. Adapun daging dan telur ayam merupakan sumber protein paling murah bagi rakyat.
Baca: Jamin Stok, Bulog Ajak Peternak Rakyat Cari Sentra Jagung
Ketua PKPS Siswono Yudo Husodo menyatakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa bisa dimulai dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein. "Protein yang paling murah adalah ayam dan telur ayam. Sumber pakan ayam adalah jagung. Jadi memastikan tersedianya jagung dengan harga yang wajar bisa menjamin tersedianya ayam dan telur ayam,” katanya saat konferensi pers di Jakarta Design Center, Jakarta Selatan, Senin, 7 Agustus 2017.
Siswono menggambarkan kondisi jagung yang belum ideal dengan membandingkan konsumsi daging ayam oleh rakyat Indonesia dengan negara lain. “Pada waktu ini, konsumsi ayam rakyat Indonesia itu 10 kilogram per kapita per tahun dan telur ayam 6,3 kilogram per kapita per tahun. Ini relatif masih rendah. Malaysia daging ayamnya sudah 40 kilogram per orang, kita masih 10 kilogram,” ujarnya.
Simak: Hasil Panen Jagung di Dompu Senilai Rp 2 Triliun
Selain itu, kebutuhan jagung untuk pakan ternak juga bersaing dengan bahan substitusi, yaitu feed wheat (gandum untuk ternak yang berkualitas rendah). Penggunaan gandum ini tidak boleh dibiarkan berkembang karena Indonesia tidak dapat memproduksinya sehingga harus mengandalkan produk impor.
Konvensi Jagung Nasional akan melibatkan seluruh stakeholder yang terkait dengan industri komoditas ini dan diharapkan dapat memberikan solusi agar produksi jagung tidak hanya memenuhi pakan ternak, tapi juga diekspor ke negara lain.
LIDWINA TANUHARDJO | WAWAN PRIYANTO