TEMPO.CO, Jakarta - Pasokan beras ke Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, turun drastis. Menurut Suratmin Suria Wijaya, Sekretaris Perusahaan PT Food Station Cipinang—perusahaan daerah milik pemerintah DKI Jakarta yang mengelola Pasar Cipinang—suplai bahan pangan utama itu terus merosot mulai awal pekan ini.
“Sejak Senin pekan ini pasokan beras turun menjadi 2.569 ton per hari. Besoknya (Selasa) berkurang lagi menjadi 1.898 ton per hari,” ujarnya kepada Tempo, seperti dikutip dari Koran Tempo edisi Kamis, 27 Juli 2017.
Simak: Beras Maknyuss: Induk Usaha PT Indo Beras Beberkan Rumus Harga
Adapun jumlah beras yang keluar pada hari yang sama mencapai 2.252 ton. Artinya, para pedagang harus merogoh cadangan beras di dalam pasar. Suratmin menyebutkan total akumulasi stok beras sebelumnya sebanyak 44 ribu ton. Pada pekan ini, stok beras merosot menjadi 43.637 ton.
“Padahal pasokan pada Senin pekan lalu mencapai 4.262 ton per hari. Tiba-tiba turun drastis,” ia menambahkan. Suratmin menduga penyebabnya adalah Peraturan Menteri Nomor 47 Tahun 2017 tentang harga eceran tertinggi beras yang ditetapkan sebesar Rp 9.000.
Suratmin menjelaskan, peraturan itu mewajibkan pedagang menjual beras premium dengan harga maksimal Rp 9.000 per kilogram. Padahal di pasar ada sekitar 10 jenis beras premium. Pada hari normal, semua jenis beras itu dijual seharga Rp 8.100-13.820 per kilogram. "Kalau jual ecerannya maksimal Rp 9.000, pedagang pasti bingung, mereka mau jual berapa?"
Pengurus Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Billy Haryanto, memiliki prediksi serupa. Kebijakan penetapan harga eceran tertinggi (HET) dan harga pokok pembelian (HPP) beras serta penggerebekan pabrik beras PT Indo Beras Utama oleh Satuan Tugas Pangan diyakini menyebabkan suplai ke Pasar Cipinang terganggu.
Satgas menemukan indikasi bahwa Indo Beras Utama—anak perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk—menjual beras di atas HET sebesar Rp 9.000 per kilogram yang ditetapkan pemerintah. Di sisi hulu, perusahaan diduga membeli gabah melebihi HPP sebesar Rp 4.700 per kilogram.
Karena itu, Perpadi menggelar pertemuan dengan Satgas Pangan di Banyuwangi, Jawa Timur. Satgas Pangan melibatkan antara lain Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Bulog, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), dan Kepolisian RI.
Pengusaha penggilingan, Nellys Soekidi, mengatakan para pengusaha masih meraba-raba kebijakan pasti penetapan HET. Patokan Rp 9.000 per kilogram, kata Nellys, memberatkan pengusaha lantaran harus menanggung ongkos kirim. Semakin jauh pesanan, ujar dia, semakin tinggi modal yang harus dikeluarkan.
Ketua KPPU Syarkawi Rauf mengatakan harga beras bisa murah bila rantai distribusi, yang mencapai belasan lapis, bisa dipangkas. Menurut dia, harga Rp 9.000 berat bagi pelaku di hulu. "Harus menyeluruh. Kalau harga yang ditetapkan hanya di hulu, di hilir sistem pasar akan bermain.”
Kemarin, Rabu, 26 Juli 2017, Tempo memantau banyak lapak di Pasar Cipinang tutup. Menurut Billy, pedagang berjualan karena penggilingan rekanan masih mau mengirim beras. Sebaliknya, pelapak yang tutup dipastikan tak mendapat pasokan beras dari penggilingan rekanan di daerah.
DESTRIANITA | AVIT HIDAYAT | ANDI IBNU