TEMPO.CO, Jakarta - Laju nilai tukar rupiah pada akhir pekan lalu tercatat berbalik menguat. Rupiah memanfaatkan pergerakan euro yang menguat terhadap dolar AS.
“Padahal di dalam negeri terdapat sentimen negatif seperti perkiraan belum kuatnya pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua dan suku bunga acuan Bank Indonesia yang ditahan di 4,75 persen mengasumsikan belum adanya perkembangan ekonomi,” ujar Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, dalam keterangan tertulis, Senin, 24 Juli 2017.
Reza menuturkan penguatan euro yang berdampak pada mata uang yen dan sejumlah mata uang lainnya terhadap dolar AS diprediksi akan berimbas positif pada rupiah. Menurut dia, penguatan rupiah masih harus kembali diuji seiring sentimen yang ada masih variatif. “Tentunya penguatan ini diharapkan bertahan sehingga kembali masuk ke tren kenaikan,” katanya.
Meskipun demikian, Reza mengatakan masih adanya potensi pelemahan lanjutan rupiah tetap harus diwaspadai seiring dengan belum adanya sentimen yang dianggap signifikan mengangkat rupiah. “Kami perkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran support 13.340 dan resisten 13.308.”
Sementara itu, pergerakan rupiah yang akhirnya berada di zona hijau pada akhir pekan lalu juga mampu mempertahankan laju pasar obligasi di zona yang sama. “Pergerakan imbal hasil obligasi AS dan Eripa yang kembali turun turut membantu pasar obligasi dalam negeri menguat,” ujarnya.
Adapun untuk tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan imbal hasil -4,55 basis poin (bps), tenor menengah (5-7 tahun) turun -1,67 bps, dan panjang (8-30 tahun) turun -6,91 bps. Reza berujar aksi beli yang terjadi juga membantu pergerakan harga sejumlah obligasi kembali naik, tak terkecuali pada pergerakan seri obligasi acuan.
Sedangkan, laju imbal hasil obligasi korporasi tercatat kembali bergerak variatif. Untuk obligasi korporasi dengan rating AAA dengan imbal hasil tenor 9-10 tahun bergerak naik di kisaran 8,92-8,95 persen. Obligasi korporasi dengan rating AA untuk tenor 9-10 tahun, imbal hasilnya turun tipis di kisaran level 9,02-9,04 persen. Kemudian, untuk imbal hasil obligasi rating A dengan tenor 9-10 tahun naik di kisaran 10,70-10,72 persen, dan untuk rating BBB di kisaran 12,98-13,02 persen.
“Tren penguatan rupiah ini diharapkan terbantu dengan meningkatnya aksi beli para pelaku pasar,” katanya. Reza menambahkan masih melemahnya laju dolar AS juga dapat kembali dimanfaatkan untuk melakukan aksi beli agar perolehan keuntungan meningkat. “Pergerakan ini diharapkan masih didukung oleh penurunan imbal hasil obligasi global, cermati berbagai sentimen yang ada.”
GHOIDA RAHMAH