TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana membagikan 5.000 unit converter kit bahan bakar minyak ke gas secara gratis pada tahun ini. Jumlah itu melonjak dibanding pembagian peralatan yang sama pada tahun lalu, yang sekitar 1.000 unit.
”Tahun ini yang sudah terkontrak dan dibagi ada 5.000 paket converter kit kendaraan,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi I Gusti Nyoman Wiratmaja kepada Tempo, Selasa, 18 Juli 2017.
Menurut Wiratmaja, pembagian converter kit berpeluang meningkatkan penjualan bahan bakar gas secara perlahan. Nantinya mesin tersebut bakal dibagikan ke kendaraan dinas pemerintah, taksi, serta angkutan umum lain.
Baca: Pemerintah Bakal Wajibkan SPBU Jualan Gas
Anggota DPR, Harry Poernomo, sebelumnya, meminta pemerintah menghentikan pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas jika tidak efektif. Saat kunjungan kerja, dia mendapati sejumlah SPBG tidak dikunjungi banyak pelanggan. “SPBG sepi. Pemerintah sebaiknya jangan sekadar membangun fasilitas saja,” ujarnya.
PT Gagas Energi Indonesia, anak usaha PT PGN (Persero) Tbk, berharap pemerintah konsisten membagikan 5.000 unit converter kit per tahun. Dia memperkirakan hal itu bisa mendongkrak angka utilitas SPBG PGN hingga 40 persen.
Direktur Komersial Gagas Energi Dian Kuncoro mengatakan saat ini tingkat penggunaan SPBG hanya 20 persen. Sebagian besar penggunanya adalah sektor industri dan komersial. PGN memanfaatkan SPBG untuk menyalurkan gas melalui mobil CNG ke pelanggan industri.
”Sekarang porsi industri komersial sekitar 15 persen dari total 20 persen utilitasnya. Kalau ada program pemerintah, utilitas SPBG bisa sampai 40 persen,” ujar Dion kepada Tempo.
Baca: Terkendala Lahan, Pembangunan 15 SPBG Tak Tercapai
Tingkat utilitas BBG Pertamina juga tak jauh berbeda. Manager Compressed Natural Gas dan City Gas PT Pertamina Gas Ryrien Marisa mengatakan utilitas SPBG semakin tergerus lantaran sebagian bus PT Transjakarta kembali menggunakan BBM. Tahun lalu bus yang menggunakan BBG mencapai 1.200 unit. Adapun tahun ini BBG hanya dipakai 800 unit bus.
Menteri Energi Ignasius Jonan mengakui konversi BBM ke BBG lambat. Dia berencana mewajibkan pembangunan unit penyaluran (dispenser) BBG di setiap SPBU. Nantinya, dispenser BBG bakal dibangun secara bertahap setiap enam bulan. Dia optimistis jika penyaluran BBG sudah masif, pasar kendaraan yang menggunakan gas bakal tumbuh. “Nanti mungkin dalam 1-2 tahun akan ada 5.000 dispenser gas,” ujar Jonan.
Ryrien berharap kebijakan pemerintah turut dibarengi perbaikan keekonomian bisnis BBG. Saat ini BBG dihargai Rp 3.100 per liter setara premium (LSP). Harga yang ditetapkan Kementerian Energi tersebut tidak berubah sejak 2010. Padahal harga keekonomian gas saat ini adalah Rp 4.600 per LSP.
Pertamina telah beberapa kali mengajukan perubahan harga kepada pemerintah. Tapi usul tersebut selalu ditolak. Ryrien berencana mengajukannya sebagai insentif tambahan jika kewajiban menyalurkan gas di SPBU diberlakukan. “Ini semua tergantung pemerintah, mau kebijakan konversi BBG serius atau cuma sekadar ada,” ujarnya.
ROBBY IRFANY