TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan keterlambatan penyaluran bantuan beras pemerintah (beras rakyat sejahtera atau rastra) mendorong peningkatan garis kemiskinan periode September 2016-Maret 2017. Musababnya, kebutuhan pokok, seperti beras, berkontribusi 20-26 persen terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan perdesaan.
"Salah satu penghambatnya adalah keterlambatan rastra Januari sampai Maret karena stabilisasi harga beras kunci penting supaya tidak ada kenaikan kemiskinan," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin, 17 Juli 2017.
Garis kemiskinan selama enam bulan terakhir (September 2016-Maret 2017) meningkat 3,45 persen atau 5,67 persen dibanding periode YANG sama tahun lalu (Maret 2016-Maret 2017). Kebutuhan pokok, seperti makanan, berkontribusi besar terhadap peningkatan ini, terutama untuk komoditas beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, dan daging ayam ras. Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara.
Baca: Pemerintah Perangi Kemiskinan Lewat Dana Transfer
Menurut Suhariyanto, peningkatan garis ini sedikit diimbangi oleh peningkatan upah buruh tani dan buruh bangunan yang naik masing-masing menjadi Rp 49.912 dan Rp 83.975 per hari. Selain itu, inflasi pada Juni cukup terkendali, sebesar 0,43 persen atau 4,37 persen secara tahunan. "Itu cukup berpengaruh. Akibatnya, ada penurunan persentase kemiskinan meskipun tipis sekali," katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Bambang Widianto mengatakan keterlambatan penyaluran bantuan beras untuk 15 juta warga miskin terkendala teknis administrasi dan penyalurannya di Kementerian Sosial. Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pun memastikan menteri terkait segera melaksanakan penyaluran tepat waktu.
Simak: Angka Kemiskinan 2018 Ditargetkan Turun Jadi 9 Persen
Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan timnya telah menyalurkan 80 persen rastra dari total target 1,3 juta ton hingga Juni. "Sudah kami salurkan per April, tapi untuk kuota Februari dan Maret dulu," kata Djarot kepada Tempo.
Djarot mengatakan perintah penahanan penyaluran berasal dari Menteri Pertanian dan Menteri Sosial. Penundaan tersebut mengakibatkan kualitas beras semakin menurun. Akibatnya, Bulog harus memilah kembali beras layak yang mesti disalurkan secepat mungkin. "Kami proses dan cek, menjaga agar tidak ada yang di bawah standar."
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Eko Listyanto, mengatakan pemerintah perlu mengevaluasi penyaluran bantuan dan subsidi untuk menekan angka kemiskinan. Meskipun anggaran subsidi bertambah hingga Rp 169,1 triliun dalam APBN, target pengurangan persentase penduduk miskin dan rasio Gini semakin sulit dilakukan. "Artinya, pendekatan menangani kemiskinan selama ini tak ada perubahan. Kesuksesan program direpresentasikan dari semakin sedikitnya anggaran program itu."
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengakui perlunya kebijakan tambahan untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan pemerataan. "Kebijakan pemerataan memang harus di-push, itu kan baru jalan sedikit. Agustus ini baru kami percepat," katanya.
Jumlah penduduk miskin baru bertambah 6.900 orang sejak September 2016 hingga Maret 2017 menjadi 27,7 juta jiwa. Penduduk miskin lebih banyak tersebar di perdesaan dibanding di perkotaan.
Suhariyanto menambahkan, angka kemiskinan telah mencapai titik terparah dari 2011. Tahun ini, persentase penduduk miskin telah mencapai 10,64 persen. “Ini sudah mendekati titik hardcore poverty 10 persen. Artinya, untuk menurunkan sedikit saja, perlu effort luar biasa,” ucapnya.
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Sairi Hasbullah mengatakan titik pertumbuhan kesejahteraan orang miskin juga melambat meskipun pendapatannya meningkat. Sebaliknya, kekayaan kelas menengah semakin tumbuh dan kelas teratas justru menurun. Sekitar 60 persen jumlah penduduk merupakan kelas menengah. “Kenaikan di kelas paling bawah kurang cepat. Pembangunan dinikmati lapisan menengah ke atas, bukan tertinggi, sehingga ketimpangan stagnan,” kata Sairi.
Berikut ini data kemiskinan Maret 2017
Rasio Gini: 0,393 persen
Jumlah penduduk miskin: 27,7 juta orang
Penduduk miskin kota: 7,72 persen
Penduduk miskin desa: 13,93 persen
PUTRI ADITYOWATI