TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, 17 Juli 2017, bergerak menguat menjadi Rp 13.315 dibanding sebelumnya pada posisi Rp13.339 per dolar Amerika Serikat.
Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan penguatan kurs rupiah berlanjut seiring dengan prospek surplus neraca perdagangan Indonesia yang akan kembali naik.
"Bank Indonesia melihat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni akan mencapai 1,4 miliar dolar Amerika," katanya di Jakarta.
Baca: Dolar Amerika Menguat, Rupiah Terancam Melemah
Berdasarkan data Bank Indonesia, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2017 mencatatkan surplus US$ 0,47 miliar.
Ia menambahkan, dolar Amerika juga cenderung melemah terhadap mata uang di kawasan Asia menyusul inflasi produsen Amerika yang diumumkan melambat. Inflasi Amerika melambat menjadi ke 1,6 persen pada Juni 2017.
"Situasi itu cukup untuk membuat dolar Amerika kembali turun bersamaan dengan yield obligasi Amerika," ujarnya.
Simak: Rupiah Masih Rentan Meski Pelemahan Mulai Terbatas
Kendati demikian, kata dia, potensi penguatan rupiah bisa tertahan jika Bank Sentral Eropa (ECB) kembali menegaskan pengurangan stimulusnya.
Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, menuturkan The Fed yang tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunganya membuat aset berdenominasi mata uang berkembang, seperti rupiah, mengalami apresiasi.
"Inflasi Amerika yang melambat memperkuat pandangan bahwa The Fed tidak akan agresif menaikkan suku bunga acuan dalam waktu cepat sehingga berimbas pada kurs rupiah," ucapnya.
ANTARA