TEMPO.CO, Semarang - Sektor hotel dan restoran dinilai paling berperan peningkatan usaha di Jawa Tengah pada triwulan dua 2017. Kegiatan usaha itu berkontribusi peningkatan tertinggi Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hingga 9,93 persen.
“Disusul sektor jasa-jasa naik 9,59 persen dan sektor industri pengolahan 8,36 persen,” kata Direktur Eksekutif Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo hari ini, Minggu, 16 Juli 2017.
Menurut Hamid peningkatan tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan di Jawa Tengah Yang didorong oleh faktor musiman berupa kegiatan Ramadan dan Idul Fitri. Tercatat Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) oleh Kantor BI menunjukkan kegiatan usaha di Jawa Tengah pada triwulan II tahun ini 2017 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dengan saldo bersih tertimbang pada triwulan dua 2017 sebesar 36,75 persen.
“Ini naik atau lebih tinggi dibandingkan dengan 14,24 persen pada triwulan pertama,” Hamid menjelaskan.
SBT adalah selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban “meningkat” dan yang memberikan jawaban “menurun” yang dikalikan dengan bobot sektor atau subsektor. Hamid menyebutkan peningkatan kegiatan usaha itu menyebabkan perbaikan penggunaan tenaga kerja dibanding periode sebelumnya.
Hal ini tercermin dari SBT penggunaan tenaga kerja triwulan II tahun 2017 sebesar -6,21 persen atau membaik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam sebesar -11,61 persen. Perbaikan penggunaan tenaga kerja itu juga rata-rata terjadi pada sektor perdagangan hotel dan restoran dengan nilai SBT 3,30 perrsen. “Responden mengkonfirmasi bahwa penambahan jumlah tenaga kerja didorong oleh meningkatnya produksi dan perluasan usaha,” kata Hamid.
Tercatat tekanan harga jual pada triwulan II tahun 2017 terpantau meningkat dibanding triwulan sebelumnya, yang tercermin dari SBT sebesar 25,10 persen atau lebih tinggi dari triwulan I tahun 2017 sebesar 15,80 persen.
Peningkatan tekanan harga jual terjadi pada hampir seluruh sektor, terutama sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan SBT 8,12 persen dan pertanian SBT 7,52 persen. Catatan BI jateng menunjukan para responden yang disurvei mengkonfirmasi kenaikan harga jual didorong oleh biaya bahan baku yang meningkat serta faktor musiman sepertimusim liburan, hari besar, dan kondisi cuaca.
BI Jateng memprediksi kegiatan usaha diperkirakan tumbuh terbatas saat memasuki triwulan III tahun 2017, hal itu tercermin dari SBT yang menurun menjadi sebesar 28,97 persen. Hamid menjelaskan, hal itu kemungkinan akibat dengan berakhirnya faktor musiman Ramadan dan libur Idul Fitri yang berdampak terhadap kegiatan usaha pada sebagian besar sektor lapangan usaha. “Terutama sektor jasa-jasa, perdagangan hotel dan restoran, serta sektor industri pengolahan,” kata Hamid menjelaskan.
EDI FAISOL