TEMPO.CO, Boyolali – Membuka perusahaan baru di Jawa Tengah menjadi salah satu solusi bagi industri garmen di Jawa Barat yang terancam gulung tikar karena tingginya ketentuan upah buruh. Sebab, upah minimum kabupaten/kota di Jawa Tengah hanya berkisar 50 persen dari UMK di Jawa Barat.
“Kami tidak relokasi, tapi ekspansi. Pabrik kami di Tangerang masih ada walau secara kapasitas dikurangi karena biaya tenaga kerja (cost labor) cukup tinggi,” kata Human Resource Management PT Pan Brothers Tbk Nurdin Setiawan kepada Tempo, Sabtu, 15 Juli 2017.
Seperti diketahui, tingginya upah minimum kabupaten/kota di empat daerah di Jawa Barat (sekitar Rp 3 juta) membuat pemerintah menetapkan upah khusus di perusahaan garmen. Empat daerah itu Depok, Bogor, Purwakarta, dan Bekasi. Penetapan upah khusus di bawah UMK itu demi menghindari pemutusan hubungan kerja massal di perusahaan garmen yang omzetnya diklaim semakin menurun.
Sebelum tingginya upah buruh di Jawa Barat menjadi masalah krusial seperti sekarang, grup Pan Brothers sudah berekspansi ke Jawa Tengah sejak 2011. “UMK di Tangerang tahun ini sekitar Rp 3,1 juta. Sedangkan di Boyolali masih Rp 1.519.000,” kata Nurdin.
Nurdin berujar, biaya tenaga kerja di perusahaan garmen yang padat karya maksimal 20 persen dari total biaya produksi. Jika biaya tenaga kerjanya di atas 20 persen, berarti masuk zona merah. “Kalau produknya dipaksakan dengan harga yang sama dari pembeli, itu tidak menutup (rugi),” ujar Nurdin.
Maka itu, Nurdin menambahkan, PT Pan Brothers dan PT Panca Prima Eka Brothers di Tangerang kini hanya mengerjakan order yang harganya cukup mahal guna mengimbangi tingginya biaya tenaga kerja. Sedangkan order yang harganya cukup murah dikerjakan di Jawa Tengah.
Di Jawa Tengah ada empat perusahaan garmen di bawah grup Pan Brothers yang tersebar di Kabupaten Boyolali, Sragen, Semarang, dan Demak. Total jumlah buruh di empat daerah itu sekitar 28 ribu orang, 21 ribu orang di antaranya bekerja di delapan pabrik di Boyolali.
Di saat sejumlah perusahaan garmen di Jawa Barat terancam kolaps karena mahalnya upah buruh, grup Pan Brothers di Jawa Tengah justru masih membuka lowongan untuk 3.000 orang. “Sebelum 2011, pabrik kami di Tangerang mendominasi 70 persen kapasitas produksi. Sekarang kami balik, 85 persen kapasitas produksi di Jawa Tengah, sisanya di Tangerang,” kata Nurdin.
Mahalnya upah buruh di Jawa Barat membuka peluang bagi Pemerintah Kabupaten Boyolali untuk gencar mempromosikan daerahnya kepada para investor. Bupati Boyolali Seno Samodro mengatakan, selain UMK-nya terbilang rendah, ketersediaan listrik di Boyolali saat ini masih ada 30 megawatt.
“Kalau satu pabrik rata-rata butuh 2 megawatt, berarti kami masih bisa menampung 60 pabrik. Di daerah lain mengurus izin berapa lama? Bayar berapa? Pindah saja ke Boyolali. Perizinan paling lama dua minggu. Biayanya terserah kamu (investor),” kata Seno.
DINDA LEO LISTY