TEMPO.CO, Jakarta - Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) selama 10-14 Juli 2017 berbalik menguat 0,29 persen. Pekan sebelumnya, IHSG melemah -0,26 persen.
Meski berbalik menguat, laju IHSG cenderung lebih banyak bergerak di teritori merah sepanjang pekan. Level tertinggi yang dicapai hanya 5.843, sementara pekan sebelumnya mencapai 5.910.
Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan laju IHSG minim sentimen positif. "Masih adanya imbas aksi jual pasca IHSG menyentuh rekor tertinggi membuat laju IHSG kian tertekan sepanjang pekan kemarin," ujarnya seperti dilansir dalam keterangan tertulis, Sabtu, 15 Juli 2017.
Pada awal pekan, perdagangan saham sempat terhenti selama satu jam lebih akibat gangguan teknis. Meski berhasil melaju normal kembali, IHSG hari itu tak beranjak dari zona merah seiring melemahnya laju nilai tukar Rupiah dan obligasi. Harga minyak mentah dunia juga sedang melemah.
IHSG sempat mengalami pembalikan arah naik keesokan harinya meski secara intraday perdagangan cenderung bergerak mendatar. Pembalikan arah didorong aksi beli yang memanfaatkan pelemahan sebelumnya. Sentimen lainnya berasal dari hasil obligasi global yang mulai terbatas akibat pergerakan nilai tukar dolar Amerika yang juga terbatas.
IHSG melanjutkan kenaikan setelah pelaku pasar kembali melakukan aksi beli seiring ekspektasi akan kinerja para emiten yang akan lebih baik. IHSG mampu menguat meski pergerakan nilai tukar Rupiah dan laju bursa saham Asia cenderung melemah.
Menjelang akhir pekan, laju IHSG kembali melemah karena dilanda aksi ambil untung sebelum akhirnya dapat kembali naik. "Masih minimnya sentimen positif membuat belum banyak aksi beli," ujar Reza. Meski aksi jual masih terjadi, namun dapat diimbangi dengan menguatnya Rupiah, positifnya laju bursa saham global dan laju pasar obligasi.
Di akhir pekan, pergerakan IHSG masih bergerak dalam kisaran sempit. IHSG masih minim sentimen di dalam negeri sehingga pelaku pasar lebih selektif saat transaksi.
Reza mengatakan sentimen dalam negeri minim sentimen positif. "Lebih banyak unsur politiknya yang dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan ekonomi Indonesia," kata Reza. Terlebih lagi, laju Rupiah kembali melemah dan asing masih banyak menjual saham.
Reza mengatakan sentimen mulai dari isu perombakan kabinet, pemindahan ibu kota, terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) tentang organisasi masyarakat dan rencana aksi demo menolaknya, hak angket KPK, hingga kekhawatiran meningkatnya utang negara cukup berimbas terhadap laju IHSG.
VINDRY FLORENTIN