TEMPO.CO, Balikpapan - Bank Indonesia (BI) akhirnya memprediksi pertumbuhan ekonomi Kalimantan sepanjang tahun ini sebesar 4,2 persen. Angka pertumbuhan itu naik dari sebelumnya 1,4 persen di 2015 dan 2 persen di 2016.
"Kami harap tahun ini bisa meningkat, begitu juga inflasi tahun ini diprediksi terkendali sekitar 4,8 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo, dalam konferensi pers hasil Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah Pusat, dan Bank Indonesia, di Hotel Grand Senyiur, Balikpapan, Jumat, 14 Juli 2017.
Agus menuturkan untuk keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan berkisar antara 5-5,4 persen. Hal itu utamanya disebabkan oleh perbaikan harga batubara dan minyak kelapa sawit (CPO). "Di kuartal satu 2017 tumbuh 5,1 persen, walaupun di kuartal dua agak penurunan," katanya.
Baca: Penting, Sri Mulyani Jelaskan Pertumbuhan Ekonomi ke DPR
Agus melanjutkan secara umum BI meyakini harga sawit sepanjang tahun ini masih akan naik sekitar 16 persen, dan harga batubara 27 persen. "Ini potensi yang harus kita raih, salah satunya tetap harus melalui diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi."
Agus menuturkan saat ini kontribusi pertumbuhan ekonomi terbesar lebih banyak disumbangkan oleh Pulau Jawa dan Sumatera mencapai 81 persen. Sedangkan, Kalimantan hanya berkontribusi sebesar 8 persen, di mana setengah dari angka tersebut bersumber dari Kalimantan Timur.
Simak: Upaya Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Daerah
Menurut dia, kontribusi yang rendah itu antara lain karena Kalimantan cukup tergantung khususnya pada perkebunan dan galian pertambangan. "Jadi kalau harga dunia bagus ekonomi bagus, kalau harga dunia jelek jadi jelek." Dan, seringkali ketika harga komoditas membaik, diversifikasi sumber pertumbuhan itu dilupakan.
Agus menjelaskan strategi untuk memperluas diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi akan diarahkan pada tiga kebijakan utama. Pertama dengan memperkuat pembangunan infrastruktur dasar daerah, terus mengembangkan investasi sumber daya manusia yang terampil dan memperkuat tata kelola birokrasi.
Kedua dengan mengoptimalkan berbagai potensi sektor ekonomi daerah, baik melalui diversifikasi vertikal atau hilirisasi maupin horizontal. Ketiga, dengan mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri secara terpadu. "Strategi itu akan ditindaklanjuti secara seksama, berkala, dan terukur," ujarnya.
GHOIDA RAHMAH