TEMPO.CO, Boyolali - Bupati Boyolali Seno Samodro mengaku punya beberapa kiat khusus untuk menarik para investor agar bersedia menanamkan modal di daerahnya. Meski kawasan industri yang disediakan Pemerintah Kabupaten Boyolali sebagian besar berada di wilayah utara yang tandus dan jauh dari Jalan Raya Solo-Semarang, sejumlah investor tetap berlomba mendirikan pabrik di sana.
Salah satunya grup Pan Brothers, perusahaan garmen berorientasi ekspor, yang mendirikan empat pabrik di wilayah Kecamatan Sambi dan Klego. Empat pabrik itu mempekerjakan 10 ribu tenaga kerja.
“Kunci pertamanya di Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Saya bukakan petanya, investor silakan pilih tanah. Harganya biar negosiasi sendiri. Masuk pelosok 50 kilometer, tanah murah tapi jalannya jelek? Tenang, saya buatkan jalan ke pabrikmu,” kata Seno kepada Tempo, Jumat, 14 Juli 2017.
Simak: Heboh Disneyland Boyolali, Bupati: Bukan Trump dan Hary Tanoe
Menurut data yang dihimpun Tempo dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Boyolali, perkembangan nilai investasi di Boyolali meningkat pesat dalam kurun enam tahun terakhir. Pada 2010, investasi yang masuk ke Boyolali cuma sekitar Rp 72 miliar. Pada akhir triwulan ketiga 2016, angkanya sudah mencapai Rp 7,92 triliun.
Seno mengatakan pembangunan infrastruktur jalan menjadi salah satu prioritas selama dua periode kepemimpinannya (2010-2021). Tiap tahun, dia menganggarkan pembangunan jalan sekitar Rp 200 miliar per tahun. Dengan anggaran yang cukup fantastis, sekitar 10 persen dari APBD, Pemkab Boyolali mampu membuat jalan-jalan baru di daerah pelosok yang akan didirikan pabrik.
“Investor ya sharing-lah. Mereka beli tanah untuk akses jalan, lalu dihibahkan ke negara, nanti aku yang membangun,” kata Seno. Setelah membantu memilih lokasi usaha, kunci menarik investor yang kedua adalah memudahkan proses perizinan. Dari 48 perizinan di Boyolali, 47 di antaranya gratis.
“Biaya perizinan prinsipnya zero. Cuma bayar IMB (Izin Mendirikan Bangunan), 47 perizinan lainnya gratis. Izin standarnya dua minggu jadi, tapi kalau request dua jam jadi, ya bisa,” kata Seno. Ditambah keuntungan daerahnya dilalui jalan tol yang menghubungkan Semarang-Jawa Timur serta diapit Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang dan Adi Soemarmo Surakarta, Seno mengklaim Boyolali kini menjadi rumah yang nyaman bagi sekitar 800 perusahaan. “Naik empat kali lipat. Pada 2010 cuma ada 200 perusahaan,” kata Seno.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Boyolali Nur Kamdani mengatakan peraturan daerah tentang RTRW Boyolali akan direvisi. Salah satu perubahannya meliputi perluasan zona industri dan wisata. “Kawasan hijau produktif tetap dipertahankan. Perda RTRW dibuat pada 2011. Kalau sudah lewat lima tahun, bisa direvisi,” kata Nur.
DINDA LEO LISTY