TEMPO.CO, Jakarta -Badan usaha milik negara yang bergerak di bidang galangan kapal PT PAL Indonesia hari ini mengadakan rapat dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
Baca: Sempat Tersandung Korupsi, Keandalan Kapal PT PAL Diakui Filipina
Direktur Utama PT PAL Indonesia Budiman Saleh mengatakan, ada beberapa hal yang dibicarakan terkait pertemuan tersebut, antara lain restrukturisasi dan orientasi PT PAL untuk memproduksi kapal di bidang militer dan nonmiliter.
“Kami bicara restrukturisasi PT PAL, baik sisi keuangan, sisi pasar kita juga. Kami juga akan berorientasi pada militer dan non militer. Militer juga dilihat dari sisi Indonesia dan luar negeri,” tutur Budiman di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kamis, 13 Juli 2017.
Budiman menuturkan, PT PAL Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Adapun galangan kapal serta hasil dari restrukturisasi penyertaan modal negara (PMN) tahun lalu sudah dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Untuk pengadaan kapal ikan, pihaknya akan menunggu proses dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Kami menunggu mereka, kapan akan mulai launch proses pengadaan baik kapal markas maupun kapal pengawas ataupun juga kapal-kapal patroli,” kata Budiman.
Budiman mengaku, untuk saat ini PT PAL Indonesia telah mendapatkan kontrak pembangunan, di mana Indonesia menjadi pabrikan untuk pasar Asia Pasifik termasuk Australia. Untuk pertama kalinya, PT PAL akan memproduksi empat buah kapal pembangkit listrik, dengan nilai total sesuai yang disebut oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) senilai USD 320 juta, dengan masa desain sekitar empat bulan, dan masa konstruksi sekitar 7-78 bulan.
“Tahap pertama, empat itu bisa digunakan untuk PT PLN Indonesia, bisa digunakan swasta, bisa digunakan oleh Vietnam atau Filipina, Myanmar, termasuk Australia,” kata Budiman.
DESTRIANITA