TEMPO.CO, Jakarta - Analis First Asia Capital, David Sutyanto, memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada awal pekan kedua Juli ini rawan koreksi di tengah tren konsolidasi pasar. IHSG diprediksi bergerak di kisaran support 5.780 hingga resisten di 5.860.
David mengatakan sentimen pasar dari eksternal masih akan dipicu sentimen kenaikan yield obligasi global. Bank Sentral Amerika Serikat diperkirakan kembali menaikkan suku bunganya sehingga berimbas kepada pergerakan arus dana asing di pasar keuangan emerging market, termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika juga akan terkena imbasnya sehingga cenderung melemah.
Pada saat bersamaan, harga komoditas energi kembali koreksi akhir pekan lalu. "Koreksi tersebut berpeluang memicu pergerakan negatif saham-saham berbasis komoditas," ujarnya, seperti dilansir keterangan tertulis, Senin, 10 Juli 2017.
Baca: IHSG Menguat di Awal Perdagangan, Infrastruktur Jadi Pendorong
IHSG akhir pekan lalu ditutup di teritori negatif. Indeks melemah 34,782 poin atau 0,59 persen di 5.814,793. Koreksi terjadi karena minimnya insentif positif di pasar. Risiko pasar saham kawasan dan global meningkat karena mengantisipasi kenaikan tingkat bunga Fed Fund Rate pada paruh kedua tahun ini. Dampaknya, pelaku pasar kembali melakukan aksi ambil untung lanjutan.
Pemodal asing kembali mencatatkan penjualan bersih hingga Rp 332,81 miliar akhir pekan lalu. Sedangkan nilai transaksi di pasar reguler hanya mencapai Rp 4,26 triliun.
Koreksi IHSG akhir pekan lalu terimbas sentimen negatif pasar saham kawasan Asia dan global malam sebelumnya. Pasar khawatir dengan naiknya yield obligasi global, menyusul ekspektasi pasar atas rencana kenaikan bunga lanjutan FFR satu kali lagi pada paruh kedua tahun ini. Sentimen kenaikan bunga FFR ini membuat dolar Amerika cenderung menguat dan berimbas negatif terhadap rupiah, yang pada akhir pekan lalu ditutup di Rp 13.397.
Selama sepekan pertama Juli, IHSG koreksi 0,26 persen dan rupiah terhadap dolar Amerika melemah 0,6 persen. Pemodal asing di pasar saham sepekan kemarin mencatatkan penjualan bersih Rp 1,83 triliun, melanjutkan pekan sebelumnya Rp 2,32 triliun.
Pelemahan kembali harga komoditas, terutama minyak mentah, pada akhir pekan kemarin ikut memicu koreksi sejumlah saham berbasiskan komoditas. Harga minyak mentah akhir pekan lalu di Amerika koreksi 2,83 persen di US$ 44,33 per barel. Selama sepekan, harga minyak mentah terkoreksi 4,32 persen setelah rebound pekan sebelumnya 7,7 persen.
VINDRY FLORENTIN