TEMPO.CO, Jakarta - Analis First Asia Capital David Sutyanto mengatakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan ini berpeluang melanjutkan tren bullish (menguat). IHSG diperkirakan melaju support di 5.810 dan target resisten di 5.865.
David menuturkan sentimen positif pasar digerakkan data inflasi Juni 2017. "Inflasi diperkirakan relatif terkendali," katanya, seperti dilansir keterangan tertulis, Senin, 3 Juli 2017.
Dari kawasan Asia, sentimen positif digerakkan naiknya aktivitas manufaktur Cina pada Juni lalu. Kenaikan tercermin dari meningkatnya indeks Manufacturing PMI ke 51,7. Angka tersebut menembus perkiraan indeks di 51,0 dan indeks pada bulan sebelumnya, yaitu 51,2.
Selain itu, kenaikan harga minyak mentah dan sejumlah harga komoditas tambang lain dalam sepekan terakhir diperkirakan akan berimbas positif terhadap perdagangan saham berbasiskan komoditas. Sebelumnya, harga saham berbasis komoditas umumnya berada di area oversold.
IHSG pada perdagangan akhir pekan lalu sekaligus menandai akhir Juni. Indeks berhasil ditutup di teritori positif setelah bergerak konsolidasi dalam rentang terbatas, ditutup menguat tipis 0,19 persen di level 5.829,708.
Sepanjang Juni, IHSG berhasil melanjutkan tren bullish dengan menguat 1,6 persen. Tren tersebut menandai penguatan selama empat bulan berturut-turut sejak Februari lalu. Penguatan terutama ditopang saham-saham yang sensitif terhadap interest rate, seperti perbankan, aneka industri, telekomunikasi, dan sektor konsumsi.
Sedangkan saham sektoral bearish terkait dengan komoditas. Pelemahan dipicu pergerakan harga komoditasnya yang masih melemah. Terutama harga minyak mentah yang sudah berada di bawah US$ 43 per barel pada 22 Juni. Harga tersebut merupakan level terendah sejak 11 Agustus 2016.
Namun harga minyak sepekan terakhir berhasil rebound ketika pasar saham Indonesia libur panjang. Selama periode tersebut, harga minyak mentah di Amerika berhasil rebound 7,72 persen setelah selama lima pekan berturut-turut dilanda tekanan jual.
VINDRY FLORENTIN