TEMPO.CO, CIREBON – Sejumlah becak yang beroperasi di jalur pantura dikeluhkan pemudik. mereka seringkali melawan arah, sehingga rawan menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
Seperti diungkapkan Riko,34 , pemudik yang akan kembali dari Pemalang menuju Bekasi saat ditemui di salah satu SPBU di kawasan Jalan Brigjen Dharsono, Kota Cirebon, Rabu, 28 Juni 2017. “Banyak becak yang melawan arus,” kata Riko. Baik mudik kemarin hingga balik ini,” kata Riko.
Simak: Arus Mudik Pantura Naik 470 Persen, Sepeda Motor Merajai
Di sepanjang perjalanan, lanjut Riko, selalu saja ada becak yang melawan arus lalu lintas. Becak-becak yang melawan arus lalu lintas tersebut menurut Riko membuat kaget setiap pemudik, termasuk ia dan istrinya yang menggunakan motor kaget. Karenanya saat akan melewati titik-titik keramaian, termasuk sejumlah pasar yang ada di pantura, Riko mengaku memilih untuk lebih berhati-hati dan memelankan laju kendaraan.
Hal yang sama diungkapkan pemudik lainnya, Bambang yang akan pulang dari Semarang menuju Jakarta. “Sudah melawan arus, tukang becak itu sering ngotot lagi,” kata Bambang. Ngotot meminta agar ia diberikan jalan padahal arus lalu lintas saat itu sedang padat sekali.
Namun Bambang akhirnya memilih untuk mengalah dengan abang tukang becak tersebut. “berikan saja jalan lah, anggap saja serba-serbi mudik. ngotot juga percuma,” kata Bambang.
Sementara itu berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tumpah yang ada di sepanjang jalur pantura, tukang becak masih beroperasi. Diantarnya terlihat di pasar Palimanan, Pasar kue Weru, Pasar Pasalaran Plered. Mereka pun seringkali melawan arus untuk menghindari banyaknya perputaran arah yang ditutup.
“Kalau tidak melawan arus, putarnya jauh. banyak putaran yang ditutup,” kata Karji, seorang tukang becak di Pasar Palimanan. Karji pun mengaku harus tetap mengayuh becak mencari rezeki agar ia bisa memberi makan keluarganya.
IVANSYAH