TEMPO.CO, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir iklim usaha industri truk logistik dalam negeri dilanda kelesuan. Hal ini berdampak pada penghasilan supir.
Kyatmaja Lookman, Wakil Ketua Umum bidang Distribusi dan Logistik Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) mengatakan, usaha angkutan berbasis truk stagnan cenderung turun sejak 2015.
BACA JUGA :
- RI Haus Investasi Baru Migas
- Inilah Ciri Berita Palsu alias Hoax
- Ini Tips Start Up Bangun Jejaring Media
"Banyak pengusaha baru yang muncul dan langsung tumbang," katanya kepada Bisnis, Kamis, 22 Juni 2017.
Pengusaha trucking pun terpaksa melakukan efisiensi. Penyebabnya adalah banyaknya pabrik yang merugi sehingga terpaksa memangkas biaya jasa transportasinya.
Kyatmaja menambahkan, penggajian supir menggunakan sistem mitra. Rata-rata gaji sekira Rp 4 juta-Rp 5 juta per bulan.
"Jadi bisnis lesu pendapatan supir juga lesu," imbuhnya.
Dia mengakui jika supir merupakan profesi yang kurang diminati. Meskipun demikian, dia optimistis pengusaha punya cara masing-masing untuk menyejahterakan supirnya.
Salah satunya dengan meningkatkan kompetensi mereka melalui sertifikasi agar lebih profesional. Dengan demikian pengemudi dapat lebih dihargai dan kemungkinan kecelakaan lebih kecil.