TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata Arief Yahya mendorong agar Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi bandara internasional. Sebab menurut dia, Banyuwangi adalah kota wisata terbaik di Indonesia yang berpotensi mendatangkan banyak pelancong dari mancanegara.
“Banyuwangi itu strategis karena dekat Bali. Banyuwangi itu indah,” kata Arief saat memberi sambutan dalam peresmian penerbangan langsung maskapai NAM Air jurusang Jakarta-Banyuwangi di Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, Jumat, 16 Juni 2017.
Arief mengatakan jika Blimbingsari menjadi bandara internasional, pariwisata Banyuwangi akan semakin melejit. Majunya pariwisata, kata dia, bakal berkorelasi dengan majunya perekonomian Banyuwangi.
Menurut perhitungan Arief, jika ada 100 ribu wisatawan mancanegara, minimal ada pendapatan devisa sebesar US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,3 triliun untuk Banyuwangi. “Ini angka aman karena rata-rata kita bisa dapat US$ 120 juta,” ucap dia.
Arief menuturkan tak ada jalan lain bagi Banyuwangi untuk meningkatkan perekonomian selain dengan mengembangkan pariwisata. Sebab, jika mengandalkan perdagangan dan investasi saja, Banyuwangi masih kalah dengan kota lain. Sebaliknya, pariwisata yang maju akan mendorong perdagangan dan investasi.
Kepala Bandara Blimbingsari Dodi Dharma mengatakan siap untuk menjadikan satu-satunya bandara di Banyuwangi itu sebagai bandara internasional. Menurut dia, tidak sulit untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan untuk penerbangan internasional.
“Internasional kenapa enggak? Tapi step by step ya. Pelan-pelan. Saya bisa kok. Kebutuhan Internasional itu gampang,” kata Dodi. Ia menjelaskan, untuk menjadi bandara internasional, landasan pacu Bandara Blimbingsari harus bisa digunakan untuk pendaratan pesawat boeing 737 seri 800. “Insyaallah kalau 737 seri 800 masuk udah bisa. Kebutuhannya paling custom imigrasi, gitu aja,” katanya.
MAYA AYU PUSPITASARI