TEMPO.CO, Jakarta - PT Bukit Asam Tbk menargetkan produksi batu bara sebesar 24 juta ton. Angka tersebut meningkat dibanding produksi batubara tahun sebelumnya yakni sekitar 18 ton.
“Produksi kita tahun ini ditargetkan meningkat sekitar 30 persen,” Direktur Utama PT Bukit Asam Arviyan Arifin selepas menandatangani perjanjian kerjasama pengangkutan 130,1 juta ton batu bara untuk periode tahun 2017 sampai 2021 bersama Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro di Jakarta, Jumat, 9 Juni 2017.
Baca: KAI Tingkatkan Kapasitas Pengangkutan Tambang Hingga 80 Juta Ton
Arviyan mengalokasikan 60 persen hasil produksi untuk konsumsi dalam negeri, sementara sisanya akan diekspor ke beberapa negara. Dia menambahkan telah memulai penjualan ke beberapa pasar baru, misalnya Bangladesh, Filipina, dan Srilanka. “ Itu adalah negara-negara yang mulai membangun PLTU. Kita masuk, daripada diambil negara lain kan,” ujarnya.
Mengenai nilai jual batu bara yang dia targetkan, dia berujar harga batu bara tidak bisa diprediksi sebab sangat fluktuatif sepanjang tahun.
PT Bukit Asam, dia menambahkan, bakal terus menggenjot produksi batu bara lantaran secara deposit, masih tersimpan sekitar 3 milyar ton batu bara di area penambangan batu bara. “Jadi kalau keluar 50 atau 60 jutaan ton per tahun pun, baru habis 50 tahun ke depan,” dia memaparkan.
Ke depannya, kata Arviyan, tidak hanya menjalin kerjasama dengan PT KAI, dia ingin melibatkan PLN sebagai perusahaan yang berkepentingan akan suplai batu bara itu. Sehingga, dia melanjutkan, masing-masing perusahaan dapat mengamankan kepentingannya masing-masing yakni PLN tidak perlu bingung mencari suplai batu bara, PT Bukit Asam pun mendapat target pasar yang pasti, demikian dengan PT KAI yang bakal menjadi sarana transportasi.
“Nanti tinggal hitungan bisnis kita hitung. Kalau sudah seperti ini sinergi akan lebih terlihat,” dia melanjutkan.
Apalagi, kata dia, kebutuhan PLN akan batu bara sekarang mencapai 180 juta ton. Maka, kalau pun perusahaannya dapat memproduksi 60 juta ton pun kebutuhannya baru terpenuhi sepertiganya. “Mereka pasti butuh,” ucapnya.
Sejalan dengan target itu, PT KAI sebagai rekanan dalam transportasi batu bara dari lokasi pertambangan PTBA di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ke Pelabuhan Tarahan di Bandar Lampung dan Dermaga Kertapati di Palembang, juga berencana meningkatkan kapasitasnya untuk mendukung perusahaan pertambangan itu.
Baca: 2017, Bukit Asam Terbitkan Surat Utang Global US$2,5 Miliar
“Rencana kita angkut batu bara ini memang sedikit agresif. Dari Tanjung Enim ke Tarahan sebesar kira-kira 50 juta ton, sedangkan ke Kertapati sebesar 30 juta sampai 35 juta ton. Ini agresif sekali tapi dengan kerjasama pasti bisa dicapai,” dia memaparkan.
Dia menyebutkan rencana itu digagas seiring dengan tingginya kebutuhan pembangkit-pembangkit listrik akan batu bara.”Karena ini merupakan demand yang tidak bisa ditunda. Pembangkit listrik sudah nyala, kalau kita gak support energi primer maka tidak ada gunanya,” tuturnya.
CAESAR AKBAR | ALI HIDAYAT