TEMPO.CO, Makassar - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan di Makassar menggandeng ulama untuk menjaga stabilisasi harga bahan makanan selama Ramadan. Alasannya ahli agama itu didengar oleh banyak orang, sehingga masyarakat bisa lebih bijak berbelanja sekaligus mencegah tekanan inflasi semakin besar.
"Figur dari tokoh agama umumnya didengarkan masyarakat," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Bambang Kusmiarso usai berbuka puasa pada Senin malam, 5 Juni 2017.
Baca: Bank Indonesia Sediakan Rp 86 Triliun Uang Baru
Menurut Bambang, Bank Indonesia mengumpulkan alim ulama tersebut untuk membantu stabilisasi harga agar masyarakat tak belanja berlebihan yang membuat bisa mubazir. Bambang mengungkapkan BI yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah telah berkoordinasi dengan alim ulama.
Sehingga, lanjut dia, ada enam poin yang menjadi imbauan kepada masyarakat. Di antaranya, pembeli tidak berbelanja berlebihan dan melakukan subsitusi konsumsi bahan makanan. "Masyarakat juga kami ingatkan jangan menumpuk bahan makanan di rumah."
Selain itu, penjual juga diimbau agar menjual barang dengan harga yang wajar. Penjual dilarang menimbun barang yang mengakibatkan langkanya bahan makanan. "Imbauan ini juga disampaikan ulama dimomentum Ramadhan ini, yang disampaikan saat ceramah atau tausiyah," ujar Bambang.
Simak: Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga 4,75 Persen
Bank Indonesia mengapresiasi komitmen ulama membantu BI demi menjaga stabilisasi harga di Sulsel. Bank Indonesia juga membentuk pos pengaduan tentang keluhan masyarakat, dengan bekerja sama antar daerah termasuk melakukan inspeksi mendadak di pasar-pasar. "Sulsel memang butuh kerja keras untuk mempertahankan catatan positif terkait laju inflasi."
Data Badan Pusat Statistik mencatat Sulsel mengalami deflasi 0,24 persen pada Mei lalu. Berkat menurunnya berbagai harga bumbu dapur, yaitu tomat, bawang merah dan cabai rawit.
DIDIT HARIYADI